Apa kabar pengunjung blog "LIFE IS NEVER FAIR" asuhan Justomin dan Camello?? Haha! Baik2 kah? Hehe, kunjungan kalian disini sangat kami nantikan lhooo... Apalagi yang mau kasih komen.. Wuih! Justomin udah siap cipok tuh!!
*lirik Justomin
Oiya, sabtu kemarin kita seneng2 ya.. Sebetulnya minggu ini kami terlalu boros, secara kuliah belum terlalu padat.
Udah jalan2 keluar berapa kali ya? 3x mungkin? Wuah..
Tapi seneng2 sabtu kemarin murah sekali lho karena ga modal apa2. Haha!
*the biggest thank you for our lovely friend. Hey Justomin
, can we just called our friend as Kim Dongin??
Sebelum memasuki minggu2 berat kuliah kami, saya pengen update Drabble lagi nih.. Hayo ngaku, nungguin Drabble saya yaaa???? Haha, narsis kumat ni (-..-)"
Sekedar info : Camello punya 7 Drabble di file. Yang 1 udah di post, 1 belum selesai, 1 ini mau di post..
Untuk sementara ini Hara masih sama Junhyung laaah..
Oh, sebenarnya ada 1 member SHINee yang saya rasa cocok sama Hara, Onew. Bukan gimana, tapi ngeliat mereka ber2 di Invincible Youth kok lucu banget. Wuahaha. Udah gitu sama2 suka bikin joke aneh dan sama2 sering jatuh tanpa sebab.. -__-
Well, lain kali lah saya buat Drabblenya untuk OnewHara ya!!
Mm, please JANGAN DIPLAGIAT yaaa...
Oke sekian dulu cuap cuapnya, ini, silahkan dibacaaaaaaa...
“SECOND CHANCE”
Tak
pernah Hara sangka, ia akan bertemu mantan pacarnya di masa SMA di restoran
kesukaannya. Disanalah Junhyung, mantannya, duduk sendirian di dekat jendela sambil memakan
pancake. Tak banyak berubah setelah 7 tahun. Pria itu masih tampan dengan potongan
rambut yang sama saat SMA. Ia mengenakan kaos putih polos dengan skinny jeans hitam.
“Apa
yang harus kulakukan?” tanya Hara pada dirinya sendiri. Ia masih berdiri di
ambang pintu masuk sambil membelakangi Junhyung. Disatu sisi, Hara ingin menyapanya, namun disisi lain, ia ingin
kabur saja dari situ. Tempat kesukaan Hara ada si pojok ruangan, mau tak mau
dia harus melewati Junhyung.
“Hara?
Kenapa kau berdiri di sini?” suara bass terdengar dari belakang Hara. Suara Junhyung,
pikir Hara. Astaga, berlaku normal saja
Goo Hara!
Hara
berbalik dan benar saja, Junhyung berdiri di depannya dengan senyum manis. “Ya. Tidak apa, aku hanya
sedikit bingung... Kau?” ucap Hara senormal mungkin.
“Masih
ingat aku?” tanyanya sambil menunjuk mukanya. Matanya hitamnya terlihat
berbinar – binar.
Hara
terdiam sebentar, berpura – pura mencoba mengingat orang di depannya. “Yong Junhyung?” ujarnya
dengan memasang tampang tak yakin terbaiknya. Walaupun Hara tak yakin Junhyung terperdaya.
Junhyung mengangguk. “Ya.
Mau makan siang? Aku duduk disana. Mau mengobrol sebentar? Itu pun kalau kau
tidak buru – buru,” katanya sambil menggaruk kepalanya.
“Oh.
Bolehkah? Baiklah,” jawab gadis itu dengan tenang. Sejauh ini dia berhasil
mengendalikan emosinya.
Junhyung adalah satu –
satunya pria yang membuat Hara menangis setengah mati. Itu karena Junhyung pergi ke Amerika
tanpa mengatakan apapun pada Hara. Semua orang dipamitinya, kecuali Hara.
Bahkan gadis bermata lebar ini baru mengetahui Junhyung pergi sehari setelah keberangkatannya. Hara
menangis selama 2 hari sampai matanya membengkak dan tidak masuk sekolah untuk
mengempiskan matanya. Mereka baru bertemu hari ini setelah sekian lama. Wajar
jika Hara begitu bingung.
“Aku
pesan sandwich tuna dan susu coklat dingin saja. Terima kasih,” ujarnya pada
pelayan. “Apa ada yang salah?” tanya Hara pada Junhyung saat ia mengetahui lelaki itu melihatnya
tanpa berkedip. Jantungnya berdebar keras saat ia melihat mata Junhyung.
Junhyung menggelang. “Tidak ada.
Aku hanya senang melihatmu.” Lelaki itu tertawa kecil. “Bagaimana kabarmu?”
Hara
terdiam. Ia tak tahan untuk marah. Setelah sekian lama, Junhyung hanya bisa berkata
bagaimana kabarmu? Bukan ini yang diharapkan Hara. “Bagaimana kabarmu?” ulang
Hara dengan nada mengejek. “Setelah kau pergi tanpa pamit dan kita bertemu
lagi... Kau hanya bisa berkata bagaimana kabarmu?”
Raut
wajah menyesal tergambar jelas pada wajah Junhyung. “Maafkan aku,” ucapnya.
Hara
mendengus. “Bagus. Maaf. Ya memang gampang meminta maaf.”
“Yah!
Kenapa kau masih keras kepala? Apa yang harus kulakukan?”
“Yah!
Kenapa kau membentakku? Kita berdua tahu siapa yang salah disini! Kau bahkan
berpamitan pada penjaga sekolah, tapi tidak denganku!” pekik Hara. Kini setetes
air mata jatuh dari matanya. Pelayan yang membawakan pesanan Hara tampak
sedikit takut mendekati mereka dan buru – buru pergi setelah meletakkan
sandwich tuna dan susu coklat dingin.
Keduanya
terdiam dan saling memandang. Hara mengelap air mata dengan punggung tangannya
dan meminum susu coklatnya hingga setengah kosong. Gadis ini masih saja menyukai susu coklat seperti dulu, pikir Junhyung.
“Apa
kau lihat – lihat?” tanya Hara galak pada Junhyung yang melihatnya serius saat meminum susu. “Kau tidak pernah lihat
orang minum susu?”
Lelaki
itu tak tahan untuk tidak tertawa. Tawanya meledak hingga membuat Hara melotot
heran. “Kau lucu sekali...” katanya sambil memegangi perutnya kegelian. Namun
wajah Hara tidak berubah, seakan ia mengatakan ini bukan saatnya tertawa. Junhyung langsung menyadari hal
ini dan berdeham, memulai perbicaraan serius lagi. “Aku punya alasan,”
lanjutnya.
“Alasan?
Jangan bilang kau tidak sanggup untuk mengatakan kata perpisahan denganku. Aku
sudah berkali – kali melihat alasan itu di film. Sangat kuno,” ujarnya tanpa
melihat mata Junhyung. Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia tak mau mengatakan
hal seperti itu. Terlalu kejam.
“Memang
itu yang terjadi. Kau tak tahu perasa―”
“Sudahlah.
Jangan bicarakan perasaan. Kau juga tak tahu, kan, perasaanku?” potong Hara. Ia
mengacungkan pisau sandwichnya pada Junhyung. Hara bisa saja menerkam Junhyung dengan pisau itu kalau saja perasaannya sudah berubah. Tapi tidak,
Hara masih mencintainya. Pengunjung yang lain memperhatikan mereka dan Hara
yang menyadarinya langsung menurunkan pisau itu.
“Apa
kau punya pacar?”
“Apa?”
“Apa kau punya pacar?” ulang Junhyung. Matanya berkilat
menunggu jawaban Hara.
“Punya.
Aku punya 5 sekarang ini,” jawabnya asal. Sepotong besar sandwich masuk ke
dalam mulutnya hingga ia mengunyahnya dengan susah payah.
Junhyung menggeleng. “Aku
serius.”
Hara tahu Junhyung serius, tapi sekarang ia sedang ingin membuat Junhyung penasaran. Enak saja dia langsung bertanya seperti itu setelah menghilang selama 7 tahun. “Memangnya kenapa kalau aku punya? Tak ada hubungannya denganmu,” ucapnya ketus.
Hara tahu Junhyung serius, tapi sekarang ia sedang ingin membuat Junhyung penasaran. Enak saja dia langsung bertanya seperti itu setelah menghilang selama 7 tahun. “Memangnya kenapa kalau aku punya? Tak ada hubungannya denganmu,” ucapnya ketus.
“Tapi
kita kan belum putus. Ingat? Tak ada kata putus saat itu,” katanya enteng.
Hampir
saja Hara tersedak mendengar ucapan Junhyung. Astaga pria ini, ingin
sekali aku menggigit tangannya, pikir Hara. “Baiklah! Kita putus! Tak bisa
kupercaya,” kata Hara sebal. Yang dihadapinya adalah pria yang memiliki
kepercayaan diri setinggi langit. Harus sabar menghadapinya.
“Bagaimana
jika aku tidak mau?”
“Terserah
kau. Aku lelah menunggumu,” gumam Hara dengan sangat pelan.
“Kau
menungguku?” tanya Junhyung, memastikan apa yang ia dengar. “Dengar.” Junhyung menggenggam tangan Hara
erat. “Aku salah. Maafkan aku. Aku harus pergi saat itu. Kau tahu, itu saat
yang sulit bagiku. Jujur, aku menyesal. Sangat menyesal. Setiap hari di sana
harus kulalui dengan penyesalan karena aku melakukan hal bodoh dengan pergi
tanpa memberitahumu. Aku tak pandai merangkai kata – kata romantis atau merayu.
Jadi yang ingin kukatakan padamu hanya... Aku mencintaimu. Kumohon maafkan
aku.”
Hara
menyimak kata – kata Junhyung dengan serius. Ia bisa melihat mata Junhyung yang mulai berkaca –
kaca. Tapi Hara tahu, Junhyung tak akan menangis disini. Ia terlalu jantan untuk mau menumpahkan
setetes air matanya di tempat umum. Mata Hara kini tertuju pada tangannya.
Tangannya masih digenggam erat oleh Junhyung,
seakan tak ingin melepaskannya untuk kedua kalinya. Dan... Apa itu didekat
dompet Junhyung? Hara mengenali bentuk
yang tersembunyi di balik dompet Junhyung di atas meja. Rupanya gantungan pinguin kecil yang Hara berikan
dulu. Ia memberikannya pada Junhyung sebagai hadiah karena menang dalam pertandingan basket. Tampaknya ia menggunakannya sebagai gantungan
kunci mobil.
“Kalau
begitu, ceritakan alasanmu pergi ke Amerika,” sahut Hara dingin.
“Ceritanya
panjang.”
Pelan
– pelan, Hara menarik tangannya dari genggaman Junhyung. Lalu ia mengeluarkan uang dari dompetnya dan meletakkan uang
disebelah makan siangnya. Hara berdiri sambil mengatakan, “Baiklah, lupakan.
Aku pergi.”
Junhyung memandang Hara pergi
dengan sedih. Ia memegang kepalanya dan menunduk menatap meja. Menyembunyikan
wajah sedihnya. Mungkin ini resikonya,
pikir Junhyung. Ini karena kebodohanmu! Kau meninggalkan gadis yang kau cintai tanpa
pamit! Apa yang aku harapkan selama 7 tahun? Hati Hara sudah hancur, Junhyung... Tak ada lagi tempat
untukku dihatinya...
“Ini
alamat kantorku. Datanglah nanti malam jam 19.00 untuk menceritakan alasanmu
pergi ke Amerika. Kau yang traktir makan malam ya,” ujar seorang wanita
disampingnya. Hara?
Junhyung mendongak. Hara
disebelahnya, berdiri dengan pipi basah. Lalu Hara meninggalkannya sambil
berlari kecil menuju pintu depan. Dipandanginya secarik kertas dimeja lalu
segera memasukkan kertas berharga itu ke dalam saku celananya. “Yeah...!” teriaknya
tanpa mempedulikan orang – orang di sekitarnya yang memandangnya aneh.
Junhyung begitu beruntung karena
mendapatkan kesempatan kedua. Dan ia tak akan menyiakan kesempatan ini. Tak
akan...
***
Huwaaaaa...!!
Gimana? Saran dan kritiknya dooong...
Ah sudah larut, oke pamit dulu ya.. Tadaaaaa!
Camello
LOH KOK GANTUNG? ONTA GIMANA SIH? SEKUEL DOOOOONG! AHHH!
BalasHapus- justomin
Hahaha.. memang dibuat nggantung, biar pembaca yang memutuskan bagaimana akhirnya.
BalasHapus*sok misterius
iya pengen buat sekuelnya, tapi takut ga selesai. >.<
Justomin ayo posting ff-mu!!!
-Camello
ah onta gimana sih. LIFE IS NEVER FAIR *?*
Hapus