Minggu, 04 Maret 2012

Camello's Drabble "SECOND CHANCE"

Halloooo... Camello disini :D

Apa kabar pengunjung blog "LIFE IS NEVER FAIR" asuhan Justomin dan Camello?? Haha! Baik2 kah? Hehe, kunjungan kalian disini sangat kami nantikan lhooo... Apalagi yang mau kasih komen.. Wuih! Justomin udah siap cipok tuh!!
*lirik Justomin

Oiya, sabtu kemarin kita seneng2 ya.. Sebetulnya minggu ini kami terlalu boros, secara kuliah belum terlalu padat.
Udah jalan2 keluar berapa kali ya? 3x mungkin? Wuah..
Tapi seneng2 sabtu kemarin murah sekali lho karena ga modal apa2. Haha!
*the biggest thank you for our lovely friend. Hey Justomin
ㅍ_ㅍ
, can we just called our friend as Kim Dongin??

Sebelum memasuki minggu2 berat kuliah kami, saya pengen update Drabble lagi nih.. Hayo ngaku, nungguin Drabble saya yaaa???? Haha, narsis kumat ni (-..-)"


Sekedar info : Camello punya 7 Drabble di file. Yang 1 udah di post, 1 belum selesai, 1 ini mau di post..


Untuk sementara ini Hara masih sama Junhyung laaah..


Oh, sebenarnya ada 1 member SHINee yang saya rasa cocok sama Hara, Onew. Bukan gimana, tapi ngeliat mereka ber2 di Invincible Youth kok lucu banget. Wuahaha. Udah gitu sama2 suka bikin joke aneh dan sama2 sering jatuh tanpa sebab.. -__-


Well, lain kali lah saya buat Drabblenya untuk OnewHara ya!!


Mm, please JANGAN DIPLAGIAT yaaa...


Oke sekian dulu cuap cuapnya, ini, silahkan dibacaaaaaaa...



SECOND CHANCE

            Tak pernah Hara sangka, ia akan bertemu mantan pacarnya di masa SMA di restoran kesukaannya. Disanalah Junhyung, mantannya, duduk sendirian di dekat jendela sambil memakan pancake. Tak banyak berubah setelah 7 tahun. Pria itu masih tampan dengan potongan rambut yang sama saat SMA. Ia mengenakan kaos putih polos dengan skinny jeans hitam.
            “Apa yang harus kulakukan?” tanya Hara pada dirinya sendiri. Ia masih berdiri di ambang pintu masuk sambil membelakangi Junhyung. Disatu sisi, Hara ingin menyapanya, namun disisi lain, ia ingin kabur saja dari situ. Tempat kesukaan Hara ada si pojok ruangan, mau tak mau dia harus melewati Junhyung.
            “Hara? Kenapa kau berdiri di sini?” suara bass terdengar dari belakang Hara. Suara Junhyung, pikir Hara. Astaga, berlaku normal saja Goo Hara!
            Hara berbalik dan benar saja, Junhyung berdiri di depannya dengan senyum manis. “Ya. Tidak apa, aku hanya sedikit bingung... Kau?” ucap Hara senormal mungkin.
            “Masih ingat aku?” tanyanya sambil menunjuk mukanya. Matanya hitamnya terlihat berbinar – binar.
            Hara terdiam sebentar, berpura – pura mencoba mengingat orang di depannya. “Yong Junhyung?” ujarnya dengan memasang tampang tak yakin terbaiknya. Walaupun Hara tak yakin Junhyung terperdaya.
            Junhyung mengangguk. “Ya. Mau makan siang? Aku duduk disana. Mau mengobrol sebentar? Itu pun kalau kau tidak buru – buru,” katanya sambil menggaruk kepalanya.
            “Oh. Bolehkah? Baiklah,” jawab gadis itu dengan tenang. Sejauh ini dia berhasil mengendalikan emosinya.
            Junhyung adalah satu – satunya pria yang membuat Hara menangis setengah mati. Itu karena Junhyung pergi ke Amerika tanpa mengatakan apapun pada Hara. Semua orang dipamitinya, kecuali Hara. Bahkan gadis bermata lebar ini baru mengetahui Junhyung pergi sehari setelah keberangkatannya. Hara menangis selama 2 hari sampai matanya membengkak dan tidak masuk sekolah untuk mengempiskan matanya. Mereka baru bertemu hari ini setelah sekian lama. Wajar jika Hara begitu bingung.
            “Aku pesan sandwich tuna dan susu coklat dingin saja. Terima kasih,” ujarnya pada pelayan. “Apa ada yang salah?” tanya Hara pada Junhyung saat ia mengetahui lelaki itu melihatnya tanpa berkedip. Jantungnya berdebar keras saat ia melihat mata Junhyung.
            Junhyung menggelang. “Tidak ada. Aku hanya senang melihatmu.” Lelaki itu tertawa kecil. “Bagaimana kabarmu?”
            Hara terdiam. Ia tak tahan untuk marah. Setelah sekian lama, Junhyung hanya bisa berkata bagaimana kabarmu? Bukan ini yang diharapkan Hara. “Bagaimana kabarmu?” ulang Hara dengan nada mengejek. “Setelah kau pergi tanpa pamit dan kita bertemu lagi... Kau hanya bisa berkata bagaimana kabarmu?”
            Raut wajah menyesal tergambar jelas pada wajah Junhyung. “Maafkan aku,” ucapnya.
            Hara mendengus. “Bagus. Maaf. Ya memang gampang meminta maaf.”
            “Yah! Kenapa kau masih keras kepala? Apa yang harus kulakukan?”
            “Yah! Kenapa kau membentakku? Kita berdua tahu siapa yang salah disini! Kau bahkan berpamitan pada penjaga sekolah, tapi tidak denganku!” pekik Hara. Kini setetes air mata jatuh dari matanya. Pelayan yang membawakan pesanan Hara tampak sedikit takut mendekati mereka dan buru – buru pergi setelah meletakkan sandwich tuna dan susu coklat dingin.
            Keduanya terdiam dan saling memandang. Hara mengelap air mata dengan punggung tangannya dan meminum susu coklatnya hingga setengah kosong. Gadis ini masih saja menyukai susu coklat seperti dulu, pikir Junhyung.
            “Apa kau lihat – lihat?” tanya Hara galak pada Junhyung yang melihatnya serius saat meminum susu. “Kau tidak pernah lihat orang minum susu?”
            Lelaki itu tak tahan untuk tidak tertawa. Tawanya meledak hingga membuat Hara melotot heran. “Kau lucu sekali...” katanya sambil memegangi perutnya kegelian. Namun wajah Hara tidak berubah, seakan ia mengatakan ini bukan saatnya tertawa. Junhyung langsung menyadari hal ini dan berdeham, memulai perbicaraan serius lagi. “Aku punya alasan,” lanjutnya.
            “Alasan? Jangan bilang kau tidak sanggup untuk mengatakan kata perpisahan denganku. Aku sudah berkali – kali melihat alasan itu di film. Sangat kuno,” ujarnya tanpa melihat mata Junhyung. Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia tak mau mengatakan hal seperti itu. Terlalu kejam.
            “Memang itu yang terjadi. Kau tak tahu perasa―”
            “Sudahlah. Jangan bicarakan perasaan. Kau juga tak tahu, kan, perasaanku?” potong Hara. Ia mengacungkan pisau sandwichnya pada Junhyung. Hara bisa saja menerkam Junhyung dengan pisau itu kalau saja perasaannya sudah berubah. Tapi tidak, Hara masih mencintainya. Pengunjung yang lain memperhatikan mereka dan Hara yang menyadarinya langsung menurunkan pisau itu.
            “Apa kau punya pacar?”
            “Apa?”
            “Apa kau punya pacar?” ulang Junhyung. Matanya berkilat menunggu jawaban Hara.
            “Punya. Aku punya 5 sekarang ini,” jawabnya asal. Sepotong besar sandwich masuk ke dalam mulutnya hingga ia mengunyahnya dengan susah payah.
            Junhyung menggeleng. “Aku serius.”
            Hara tahu J
unhyung serius, tapi sekarang ia sedang ingin membuat Junhyung penasaran. Enak saja dia langsung bertanya seperti itu setelah menghilang selama 7 tahun. “Memangnya kenapa kalau aku punya? Tak ada hubungannya denganmu,” ucapnya ketus.
            “Tapi kita kan belum putus. Ingat? Tak ada kata putus saat itu,” katanya enteng.
             Hampir saja Hara tersedak mendengar ucapan Junhyung. Astaga pria ini, ingin sekali aku menggigit tangannya, pikir Hara. “Baiklah! Kita putus! Tak bisa kupercaya,” kata Hara sebal. Yang dihadapinya adalah pria yang memiliki kepercayaan diri setinggi langit. Harus sabar menghadapinya.
            “Bagaimana jika aku tidak mau?”
            “Terserah kau. Aku lelah menunggumu,” gumam Hara dengan sangat pelan.
            “Kau menungguku?” tanya Junhyung, memastikan apa yang ia dengar. “Dengar.” Junhyung menggenggam tangan Hara erat. “Aku salah. Maafkan aku. Aku harus pergi saat itu. Kau tahu, itu saat yang sulit bagiku. Jujur, aku menyesal. Sangat menyesal. Setiap hari di sana harus kulalui dengan penyesalan karena aku melakukan hal bodoh dengan pergi tanpa memberitahumu. Aku tak pandai merangkai kata – kata romantis atau merayu. Jadi yang ingin kukatakan padamu hanya... Aku mencintaimu. Kumohon maafkan aku.”
            Hara menyimak kata – kata Junhyung dengan serius. Ia bisa melihat mata Junhyung yang mulai berkaca – kaca. Tapi Hara tahu, Junhyung tak akan menangis disini. Ia terlalu jantan untuk mau menumpahkan setetes air matanya di tempat umum. Mata Hara kini tertuju pada tangannya. Tangannya masih digenggam erat oleh Junhyung, seakan tak ingin melepaskannya untuk kedua kalinya. Dan... Apa itu didekat dompet Junhyung? Hara mengenali bentuk yang tersembunyi di balik dompet Junhyung di atas meja. Rupanya gantungan pinguin kecil yang Hara berikan dulu. Ia memberikannya pada Junhyung sebagai hadiah karena menang dalam pertandingan basket. Tampaknya ia menggunakannya sebagai gantungan kunci mobil.
            “Kalau begitu, ceritakan alasanmu pergi ke Amerika,” sahut Hara dingin.
            “Ceritanya panjang.”
            Pelan – pelan, Hara menarik tangannya dari genggaman Junhyung. Lalu ia mengeluarkan uang dari dompetnya dan meletakkan uang disebelah makan siangnya. Hara berdiri sambil mengatakan, “Baiklah, lupakan. Aku pergi.”
            Junhyung memandang Hara pergi dengan sedih. Ia memegang kepalanya dan menunduk menatap meja. Menyembunyikan wajah sedihnya. Mungkin ini resikonya, pikir Junhyung. Ini karena kebodohanmu! Kau meninggalkan gadis yang kau cintai tanpa pamit! Apa yang aku harapkan selama 7 tahun? Hati Hara sudah hancur, Junhyung... Tak ada lagi tempat untukku dihatinya...
            “Ini alamat kantorku. Datanglah nanti malam jam 19.00 untuk menceritakan alasanmu pergi ke Amerika. Kau yang traktir makan malam ya,” ujar seorang wanita disampingnya. Hara?
            Junhyung mendongak. Hara disebelahnya, berdiri dengan pipi basah. Lalu Hara meninggalkannya sambil berlari kecil menuju pintu depan. Dipandanginya secarik kertas dimeja lalu segera memasukkan kertas berharga itu ke dalam saku celananya. “Yeah...!” teriaknya tanpa mempedulikan orang – orang di sekitarnya yang memandangnya aneh.
           Junhyung begitu beruntung karena mendapatkan kesempatan kedua. Dan ia tak akan menyiakan kesempatan ini. Tak akan...

***

Huwaaaaa...!!
Gimana? Saran dan kritiknya dooong...

Ah sudah larut, oke pamit dulu ya.. Tadaaaaa!

Camello

3 komentar:

  1. LOH KOK GANTUNG? ONTA GIMANA SIH? SEKUEL DOOOOONG! AHHH!

    - justomin

    BalasHapus
  2. Hahaha.. memang dibuat nggantung, biar pembaca yang memutuskan bagaimana akhirnya.
    *sok misterius

    iya pengen buat sekuelnya, tapi takut ga selesai. >.<

    Justomin ayo posting ff-mu!!!

    -Camello

    BalasHapus