Selasa, 06 Maret 2012

FF 2Min [ Finally, You Come To Me ]


Title : Finally, You Come to Me
pair : Minho x Taemin
supporting : Key, Suzy, Onew, Jonghyun.
genre : romance, fluff
author : justomin




A/N : hello this is justomin. aku buat FF secepat kilat loh hahaha maaf ya kalo jelek. buat para 2min shipper dan penyuka ff 2min silakan baca ^^ ini ff yang pertama aku post di sini hoho. please love my fic more <333




===





“Kau melangkahiku? Kau pikir kau bisa?”

Aku berteriak sedikit kencang . yeah, walaupun faktanya aku tidak peduli, apakah seluruh siswa Konkuk University saat ini mendengarkan bentakanku, tapi aku cukup bersyukur kali ini di sekitarku dan laki-laki di hadapanku ini tidak ada siapa-siapa.

Laki-laki di hadapanku itu hanya tertawa mengejek. Ia merapikan poninya dan memperbaiki kerah jaket kulitnya santai, seolah-olah bentakanku tidak ada artinya. Cih.

“Hei Lee Taemin. she’s not yours. Don’t blame me,” ucapnya berlagak.

“Oh ya? Secara resmi tidak, tapi dia meresponku dengan sangat baik, Choi!” balasku dengan sedikit emosi.

Manusia bermarga Choi ini mengangkat satu alisnya, lagi-lagi menatapku remeh. Hah, aku tau tidak ada satu orang pun yang bisa menandingi ketampanannya di Universitas Konkuk.


Choi Minho. Or they called him ‘The Casanova’.

Dia tampan. Dengan helai rambut ikal berwarna cokelatnya, dipadukan dengan rahang yang tegas, mata besar yang indah, bibir yang tebal – siapapun yang melihat akan ingin menciumnya, serta kulitnya yang cokelat – begitu manly. Aku bahkan tidak tau ada berapa perempuan yang sudah bertekuk lutut hingga bersimbah darah karena patah hati olehnya.

Dia pribadi yang bebas – sepertinya begitu. Tidak pernah ada wanita yang benar-benar bisa menjadi kekasihnya, entahlah. Begitu yang aku dengar.


“Respon yang baik bukan berarti ia menanggapimu, Lee Taemin. kau seharusnya belajar lebih banyak soal wanita. Ck, aku tidak menyangka ternyata Mr. famous Lee Taemin dengan segudang prestasi akademiknya begitu polos soal cinta.” Ia tertawa meledekku.


Sialan!

Kalau tau dia mengataiku seperti ini lebih baik aku tidak memujinya tadi – yah walaupun itu dalam hati sih. segera saja kutinggalkan ia sendirian. Masa bodoh!





Namaku Lee Taemin. aku termasuk satu dari secuil mahasiswa Konkuk University yang berhasil member kontribusi besar dalam mengangkat nama universitas – maksudku, aku anak yang berprestasi dengan kemampuan otak yang tidak main-main. Well, penampilanku? Good-looking. Itu yang mereka katakana tentangku.

Aku memiliki anugrah yang… entahlah. Aku menyebut ini aneh. Kombinasi tampan dan cantik. Di satu sisi aku mendengar pujian bahwa aku tampan, dan di satu sisi aku mendengar pujian aku cantik – mostly like this. Satu hal yang lucu, aku bahkan tidak menyangka bahwa aku bisa membuat baik laki-laki dan wanita jatuh cinta. Blame the God for this.

Oh ya, soal aku dan si Choi itu.
Yeah. Aku vs dirinya. Lee Taemin vs Choi Minho.

Kami sedang berperang memperebutkan subuah piala – yang jauh lebih berharga dari sebuah award atau apapun. ‘Piala’ itu bernama Suzy. Bae Suzy.
Aku dan Minho sedang mengejar gadis ini.

Awalnya aku yang lebih dulu mendekatinya – bahkan mungkin hampir satu kampus mengetahui bahwa aku dan Suzy sangat dekat, kami hampir berpacaran. Hanya menunggu waktu. Sampai laki-laki itu datang, merayu Suzy, dan yang membuatku tidak habis pikir… Suzy bisa dekat dengannya dengan mudah (bahkan lebih mudah dari saat dekat denganku).

Oh fuck you for your asset, Choi Mean-ho! I think I know the real reason of why they called you The Casanova.


Aku membencinya? Ya. Eoh, tidak. ah, entahlah!

Kadang aku begitu membencinya sampai-sampai aku ingin sekali memukulnya – apalagi saat melihatnya bersama-sama dengan Suzy.

Pernah saat itu aku melihatnya membantu Suzy membawa buku-buku ke perpustakaan. Mataku saat itu tidak bisa lepas darinya. Yeah, walaupun konteksnya ia sedang berlagak menjadi laki-laki gentleman, tapi aku menganggap hal itu sama saja dengan kata ‘merayu’.



===



Aku tidak tau bagaimana cara mengutarakannya. Berkali-kali kutarik dan kuhembuskan nafasku pelan saat melihat Suzy berlari ke arahku.
“Oppa!” panggilnya.

Aku hanya tersenyum sebagai balasan.

“Ada apa memanggilku tiba-tiba?” tanyanya heran. Well, tidak biasa aku ingin bertemu dengannya saat ia sedang mengikuti kegiatan teater sebagai ekstra di kampus.

“Uhm… kau datang ke festival ulang tahun nanti kan? maksudku, selain bermain teater…” ucapku, mengingat acara ulang tahun Konkuk, dan Suzy terlibat sebagai salah satu pemain teater di sana.

“Ya, tentu saja! Oppa kau akan menontonku kan?!”

Kuanggukkan kepalaku cepat tanda setuju. Oh yeah! Aku akan menyatakan perasaanku di festival nanti!

“Oppa!”

“Ya?”

“Ani, Taemin oppa. Itu… Minho oppa!”

Kutolehkan kepalaku dan kudapati laki-laki bertubuh jangkung itu berjalan mendekat kea rah kami.

Oh shit. Good, Choi. Kau benar-benar datang untuk mengganggu. Nice moment.

“Suzy-ah, apa latihanmu sudah selesai?” Tanyanya.

Suzy menggeleng. “Aku masih akan berlatih lagi. kenapa oppa?”

Minho hanya tersenyum, kemudian mengusap kepala Suzy, membuatku marah melihatnya. “Tidak. aku hanya membawakanmu minuman. Ini untukmu…” ia lalu menyodorkan minuman kaleng padanya.

“Eh? Aku jadi tidak enak…” sahut Suzy menundukkan kepalanya. Eh? Apa ia senang?!


“Suzy! Ayo latihan lagi!”
Seorang gadis berteriak dari arah yang berseberangan dari kami, memanggil Suzy kembali ke tempat teaternya.

“Oppa, aku harus latihan lagi. sampai nanti Minho oppa, Taemin oppa…” ucapnya kemudian segera pergi dari hadapan kami.



Dan tinggallah kami berdua.
Aku mendengus kesal saat melihat wajahnya yang begitu santai – tidak peduli dengan bagaimana raut wajahku.

“Kau benar-benar… aish…” gumamku kesal.

Terdengar suara kekehan darinya, dan itu membuatku semakin kesal. Apa yang ia tertawakan? Aku kira tidak ada yang lucu! Aku bahkan tidak membuat joke untuk ini!

“Menertawai apa? Apa kau puas minumanmu dibawa olehnya, hah?” timpalku.

Ia hanya menggeleng lalu tersenyum. Tidak mengatakan apapun sebelum akhirnya ia pamit.
“Aku duluan,” sahutnya.


Lalu… tiba-tiba saja jari-jari kokohnya mengusap kepalaku dengan lembut.



DEG.


Apa maksudnya?
Kenapa ia melakukan itu?
Kenapa ia mengusap kepalaku seperti saat ia mengudap kepala Suzy tadi?

Kutolehkan kepalaku ke samping, menatap punggungnya yang semakin menjauh dari hadapanku.

“Brengsek…”

Brengsek! Kenapa aku tidak berteriak mengumpatnya? Kenapa hanya gumaman kecil? Hey, kau tidak takut padanya Lee Taemin!

Lalu?

“Uhh, sepertinya aku demam…” ucapku, menepuk-nepuk pipiku saat merasakan wajahku terasa memanas.



===



“Kau yakin Taemin? menyatakan perasaanmu pada Suzy?” Key – sahabatku, menatapku tidak percaya saat aku menceritakan rencanaku padanya soal acara festival.

Kuhembuskan nafasku pelan. yah, aku juga jujur saja masih ragu. Memang aku tidak ingin kalah dari Minho, tapi… entahlah. Rasanya entah kenapa aku jadi mulai bimbang, padahal rencana ini sudah kususun sejak dua bulan yang lalu.

“Yah Lee Taemin! pikirkan baik-baik. Jangan sampai kau menyesal. Apa kau sudah mempersiapkan mental?”

Aku hanya menggeleng.

“YAH LEE TAEMIN! bagaimana bisa kau tidak mempersiapkan apapun?”

Aku mengangkat bahuku. Entahlah. Aku bahkan sama sekali tidak bisa berfikir bagaimana cara aku mengungkapkannya.

Yang ada di pikiranku saat ini adalah Minho.




Minho????

AH! Ya! Maksudku… aku memikirkannya, bagaimana kalau nanti dia datang dan merusak semua rencanaku? Ia kan selalu saja datang di saat yang tidak tepat! Benar. Pasti begitu!

“Oh God, Lee Taemin. festival hanya tinggal satu minggu lagi. ini tidak lucu.”







Kalimat Key tadi sore membuatku tidak bisa tidur.

Ah, bagaimana ini? Itu benar! Festival hanya tinggal satu minggu lagi. aku tidak mungkin tidak mempersiapkan apapun kan? setidaknya kata-kata indah sebelum aku membuka kalimat “aku menyukaimu”.

“Aish, kenapa ini begitu rumit?”

Ya, terasa rumit sekali. Apalagi rivalku itu! fine, Key pernah bilang rival apapun tidak penting, yang penting usaha untuk diri sendiri. Tidak boleh minder. Ergh, tapi tetap saja…



Drrt… drrt…

Aku mengenyitkan alisku saat melihat nomor tidak dikenal menghubungi ponselku. Tanpa curiga pun aku mengangkatnya.

“Halo?” ucapku klasik.

“Oh hai, beautiful boy Lee Taemin. aku tidak menyangka bahwa nomor ponsel yang Jonghyun berikan padaku itu benar-benar nomormu.”

Fuck! This is… CHOI MINHO?

“Excuse me, who am I speak to?” balasku, pura-pura tidak mengenalnya.

“Tss. Kau berbohong. Kau pasti tau siapa aku, you prude liar,” ejeknya.

Kuhembuskan nafasku kesal. Kenapa orang ini suka sekali menganggu sih? okay, tahan emosimu Lee Taemin.

“Seriously, aku bahkan tidak mengenal nomor ini? Aku akan menutupnya kalau anda masih bicara kekanakan seperti itu,” ucapku tegas.

“Hahaha. Ya ya ya, baiklah. Aku akan membuka kedokku. Hmm… kau tau kata sempurna? That’s me.”

Aku hanya tertawa mengejek. “Oh ya? Sempurna? Yeah baiklah, you perfectly moron, right?”

“Of course not! Baiklah, clue kedua… nama keluarga, as like a rich person, called Choi…”

“A – ha. You Choi Minho. The fucking idiot person that I ever see.”

“Wow. Kau mengenaliku bahkan sebelum aku menyebutkan namaku. Apa aku harus berterima kasih untuk satu orang penggemar sepertimu?”

“HAHAHA! VERY FUNNY! Sepertinya kau keluarga kaya yang tidak memiliki cermin besar. Uh helloooo, orang sepertiku penggemar dari seorang Choidiot? Fine, mungkin saja itu terjadi, setelah dunia berbalik!”

“Kau atau aku yang bodoh huh? Dunia berputar dan berbalik. Apa kau tidak tau eksistensi dari rotasi?”


SIAL!!! Ia menyudutkanku!

“Whatever! So what the fucking happen? Kenapa kau tiba-tiba meneleponku?” ucapku mengalihkan topic.

“Tidak ada yang penting. Aku hanya ingin menanyakan, kau serius akan menyatakan perasaanmu pada Suzy? Di festival nanti?”

Kukenyitkan alisku bingung. “Da – dari mana kau tau?”

“Ck, this is Choi Minho. Aku tidak mungkin tidak tau banyak hal, terutama tentangmu…”

Eoh? Tentang aku? Maksudnya…

“… we’re forever rival, right?” sambungnya, dan itu 100% sukses membuatku seperti dijatuhkan setelah diangkat tinggi, entah kenapa.

“OH YEAH, TENTU SAJA! Dan asal kau tau aku tidak akan membiarkanmu berdekatan dengannya nanti!”

“Oh ya, aku juga tidak akan membuatmu berdekatan dengannya nanti. And I mean it, Lee Taemin.”

“FINE! Lakukan saja jika kau bisa!!”

“I’m sure I’ll make you.”

“Okay, aku menantikannya. BYE CHOI-DIOT!”

Pip.


Dengan penuh emosi, aku menekan tombol end pada ponselku. What the hell! Kau pikir kau bisa? Hah, aku yang akan duluan membuatmu menjauh darinya. Lihat saja!!



===



Hari ini aku bertemu dengan Suzy, mengajaknya makan di café bersama-sama, tapi ia menolaknya karena ia akan menemani Onew, sunbae-nya di klub teater untuk mengambil kostum yang mereka gunakan di acara festival nanti.

Mungkin benar kata orang, ketika kau memusuhi seseorang, kau tidak masalah jika orang yang kau sukai dekat dengan siapa saja, asal bukan musuhku. Hell yeah. Hanya laki-laki tidak bermoral bernama Choi Minho itu yang berhasil membuatku cemburu.

Kulipat kedua tanganku di dada dan tersenyum menang saat melihat Minho berpapasan dengan Suzy dan Onew. Hahaha. You see, Choi? Suzy tidak mungkin meninggalkan Onew hanya karenamu – jika kau mengajaknya makan siang bersama dia pasti menolaknya, sama sepertiku tadi. Dan aku bersyukur Suzy memberitauku duluan soal Onew.




But…



Hei, apa itu?

Dia hanya melambaikan tangan? Tidak mencegahnya sama sekali? Padahal Onew dan Suzy terlihat begitu akrab!!

Aku tidak habis pikir.

Padahal ketika Suzy bersamaku, ia akan selalu datang mengganggu. Tidak peduli apakah kami sedang bicara santai atau sedang bicara serius. But this… what the hell?

Err… apa mungkin keadaannya sama sepertiku? Cemburu kalau Suzy hanya bersamaku, bukan dengan laki-laki lain? eoh? Tapi setidaknya… ia harus bertanya bukan?! Aku saja tadi bertanya pada Suzy siapa laki-laki itu. apa mungkin ia sudah kenal? Aneh sekali, setauku Minho hanya aktif di klub basket – tidak berkaitan dengan klub teater yang bisa menghubungkannya dengan Onew.

Ah, sudahlah! tiap kali memikirkannya aku selalu uring-uringan begini. Ck!

“Taemin!!”

Aku tersenyum mendapati Key mendekatiku.

“Hey, kau sedang apa di sini?” tanyaku klasik. Yah, Key beda jurusan denganku, tidak biasanya ia datang ke tempatku.

“Tentu saja untuk menemuimu! Aku tidak punya kenalan lain di sini selain kau, hahaha!” ucapnya meninju lenganku pelan.

Aku hanya terkekeh mendengarnya. “Lalu kau ada perlu apa?”

“Ah tidak. aku hanya ingin kau ikut denganku memilah pakaian untuk festival nanti malam!”

Tawaku pecah mendengar kalimatnya. Apa-apaan dia? Ck, dasar feminim. Pergi ke pesta saja perlu pakaian, seperti wanita.
“Yah Key. Bukankah kau masih memiliki lebih dari 10 pakaian yang belum kau pakai? Bisa saja kau mengenakannya satu untuk nanti malam. Ckck.”

“Andwae! Pakaianku itu lebih cocok kugunakan untuk pergi ke acara yang lebih resmi. Pokoknya temani aku ya. Kau juga berpakaian yang bagus, bukankah nanti malam adalah malam yang special?”

Aku tersenyum kecil. “Uhm… ya begitulah.”

“Tapi Taemin… kau… benar-benar yakin? Maksudku… dengan Suzy, kau benar-benar akan menyatakannya nanti malam?”

“Ya, memangnya kenapa?” tanyaku heran. Tidak biasanya Key tidak berada di pihakku begini.

Key menggeleng lalu tersenyum. “Ah tidak! makanya harus bersiap-siap, bukan?!” ujarnya, menepuk dahiku.



===



Malam itu begitu ramai.
Di sepanjang jalan ada banyak stand-stand yang menjajakan makanan.

Aku dan Key berjalan dan terkagum-kagum saat melihat lampion indah bertebaran di sana-sini. Seperti penerang dalam langit yang gelap. Awesome.

“Wow, keren sekali!” sahut Key. Aku hanya mengangguk-ngangguk.

Di salah satu sisi dekat stand, ada sebuah ruangan teatrikal. Aku yakin Suzy akan tampil di dalam, dan di seberangnya ada panggung yang menampilkan penyanyi-penyanyi akustik – walaupun tidak semuanya bersuara bagus, tetapi mereka memiliki kemampuan music yang cukup baik.

“Hei lihat! Apa itu geng anak-anak yang tampan?” Key menunjuk ke salah satu sisi dan membuatku menoleh.

Seorang laki-laki tampan, dia Kim Jonghyun, sedang berdiri di hadapan beberapa lelaki tampan lain. dan hell yeah, sesuai dugaanku. Mereka menjadi pusat perhatian para wanita, terutama dengan kehadiran si Choi-diot itu.

“Hah, sudahlah Key. Aku akan masuk menonton teater. Kau tidak ikut?” tanyaku klasik.

Key menggeleng cepat. “Kau saja. Aku tidak tertarik dengan teater, haha baiklah. Aku akan berjalan-jalan di sekitar.”

“Okay. Nanti kutelepon.”

“Okay!”




Dan aku pun masuk ke ruang teater, menonton di sana.


Benar-benar hebat.

Aku melihat Suzy memerankan perannya dengan baik. Ia menjadi seorang wanita yang ingin mencapai impiannya menjadi seorang penyanyi dan selama perjalanannya ia bertemu dengan laki-laki yang menjadi cintanya – drama ini dinamakan Dream High.

Aku bertepuk tangan berkali-kali saat melihat penampilan mereka. Lawan main Suzy adalah pria yang juga cukup popular, Ok Taecyon.

Hahaha. Choi Minho, kau lihat ini?




Eh?

Mataku mengedar di sekeliling. Apa aku tidak salah? Aku sama sekali tidak menemukan Minho di dalam ruangan ini. Masa iya ia tidak menonton?

Atau… jangan-jangan yang lebih buruk… ia pergi ke backstage dan mengambil langkah duluan dariku? OH TIDAK!!

Jika ingin masuk ke backstage aku harus melalui pintu di samping ruangan. Oleh karena itu, aku segera keluar dari ruang teatrikal.
Tapi yang aku lihat…




Eoh?

Choi Minho?

Ia berada di luar teater, tidak menonton Suzy. Dan yang lebih parah lagi… ia sedang berjalan bersama dengan Key! Makan gulali bersama, dan tertawa bersama.

Tawa itu sangat lepas. Mereka lebih terlihat seperti sepasang kekasih dibanding persahabatan.
Aku tidak tau kenapa. tiba-tiba saja aku datang menghampiri mereka berdua.

FUCK YES!

Jelas saja mereka berdua terkejut dengan kedatanganku. Oh hello, kalian ternyata begini di belakangku?

“T – Taemin?” ucap Key takut-takut. Entah, mungkin saja wajahku terlihat dua kali lebih menyeramkan dibanding sebelum-sebelumnya.

“Kenapa kau di sini?” Tanya Minho cuek, membuatku semakin tidak percaya.

WOW. Drama yang sangat hebat! Ia masih bisa mengatakan hal itu dengan santai?
“Key? Shisus, kau membohongiku? Sedekat apa kau dengannya?” tanyaku dengan emosi.

“Taemin… kau… kau ja – jangan marah…” sahut Key semakin ketakutan, dan aku tidak peduli.

“Hei, jangan bicara kasar padanya.” Minho si sok superhero meleraiku.

OH BAGUS SEKALI BUKAN?! Apa aku salah dengar? Bangunkan aku kalau ini mimpi! Minho… kau membela Key? Begitu?

“Diam kau Choi! Kau sama sekali tidak ada urusan! Aku ingin bicara dengan Key!!” bentakku.

“Tidak. aku ada urusannya dengan ini. Kalau kau ingin penjelasan, aku yang harus kau Tanya! Bukan dia. Kau mengerti?” balas Minho.

Kata-katanya itu membuatku semakin tidak percaya. Oh Tuhan! Dosa apa aku sampai harus menerima hal sepahit ini? Entah, aku hanya merasa dadaku sesak, melihat sahabatku berada di dekatnya.

“JAUHI KEY! Jangan pernah menyentuhnya!!” marahku.

“Taemin… aku…” Key mencoba menjelaskan, tapi Minho menahannya.

“Dia kekasihku sekarang,” ucap Minho, dan itu membuatku semakin kaget.




WHAT? KEKASIH? I know Key is a fag, but… lover????

“Tidak!! kau tidak boleh!!” marahku. Entah, aku hanya ingin membentaknya sekarang.

“Kenapa? sekarang kau bebas mengatakan perasaanmu pada Suzy.Bukankah ini menguntungkan untukmu?” ucap Minho santai, seolah-olah ia tidak lagi memperjuangkan gadis yang selama ini kami berdua kejar.

“What? Kau…” aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. entah kenapa rasanya aku seperti dilempar jauh dari lingkaran bernama bumi.

“Aku bilang dia untukmu. Ambillah sesukamu. Aku tidak akan –“

“BRENGSEK! Aku benci!! Aku benci padamu!! aku benci semua yang ada dalam dirimu!!” teriakku marah, dan lagi-lagi, aku tidak peduli semua orang mendengarku bertengkar dengannya.


Dunia seperti berhenti berputar. Baik aku, Minho, maupun Key. Tidak ada yang bicara di antara kami bertiga. Aku seperti melampiaskan kekesalanku.

Key berbohong, ia berpura-pura tidak mengenal Minho tapi ternyata mereka pacaran. Begitu? Dan Minho… dia mundur dari ini semua begitu saja? apa itu bukan menipu namanya????

Key menatapku tidak enak. “Tae – min… kau… menangis?”



SIAL!

Kuseka air mataku dengan kasar lalu segera berlari dari hadapan mereka berdua. Aku tidak bisa menoleh saat mendengar Suzy meneriakkan namaku, entah.




Rasanya dadaku remuk, sakit. Segalanya. Aku merasa bahwa akulah yang seharusnya menyandang nama idiot, karena aku merasa dicampakkan tanpa sebab. Benar-benar menyedihkan!

Kakiku melangkah masuk ke dalam ruangan indoor basket. Untung saja tidak dikunci dan tidak ada siapapun di dalam sini. Aku jadi bisa melampiaskan segalanya di sini.

 Menangis, berteriak, mengumpat.
Hanya itu yang aku lakukan. Sungguh menyedihkan. Aku bahkan baru menyadari semuanya. Bahwa selama ini bukan Suzy. Hatiku berpindah, bahkan kepada rivalku sendiri. Choi Minho. Bodoh bukan?!

Kenapa Tuhan membuatku sadar akan hal ini setelah semuanya terlambat? Persetan dengan kata gay!
Kenapa Minho membuatku jatuh cinta padanya? Dan kenapa aku dengan bodohnya mau memberikan perasaanku padanya? Padahal dia itu musuhku.

It’s a silly thing, kau baru mengetahui bahwa kepada rivalmulah kau jatuh cinta.


Semua terasa begitu cepat.
Aku membencinya, jatuh cinta, lalu patah hati sebelum aku benar-benar mengikrarkannya.
Menyedihkan!




“Apa kau sudah selesai?”

Eh?

Isakanku terhenti saat mendengar suara rendah itu.
Dengan takut-takut aku mengangkat kepalaku yang sejak tadi terbenam di kedua lututku yang tertekuk.

Choi Minho. Ya, itu dia.
Kenapa dia ada di sini? Kenapa dia bisa menemukanku? Padahal aku berada di sudut ruangan yang gelap.

Tidak mengatakan apapun, ia lalu mendudukkan tubuhnya di sampingku, membuatku semakin kehilangan kata-kata. Oh Tuhan! Bagaimana bisa aku baru menyadari arti detak jantungku selama ini saat berada di dekatnya?

“Kenapa kau menangis?”
Satu pertanyaan yang begitu menusuk. Tidak! aku tidak akan menjawabnya. Ini terlalu bodoh untuk dikatakan.

Dan pada akhirnya aku hanya menggeleng.

“Kau cemburu?”



What?
Sontak aku menatapnya heran, berlagak bahwa aku bingung dengan pernyataannya.

“Kau tidak perlu mengelak lagi. kau cemburu karena aku mengenalkan Key sebagai kekasihku? Kau tidak ingin ada orang lain yang dekat denganku. Begitu bukan?”

Aku meneguhkan hatiku, mencoba menahan rasa sakit dari kalimatnya. Entah kenapa kata ‘kekasih’ itu ingin sekali kucoret dari otakku.

“Jawab aku,” ucapnya – menuntut.

“I – itu urusanmu. Aku… yah, maaf –“

“Wajahmu merah. Apa kau terlalu malu untuk jujur?”

Aish! Choi Minho, don’t you know that it makes me blushing since forever? Kenapa kau menanyakan hal itu? shit!

“Lee Taemin.”




DEG.

Lagi-lagi deguban ini. Saat jari-jarinya menyentuh daguku dengan lembut, membuat wajah kami bertatapan dan aku yakin betul tanpa aku katakana pun ia sudah bisa membaca perasaanku.

Fuck you for your stupidity, Lee Taemin.

Tidak ada yang terucap lagi, selain… ciuman tiba-tiba yang ia daratkan di bibirku!

Aku bersumpah aku ingin mengelak, tetapi tubuhku kaku. Hatiku leleh, dan aku tidak bisa bergerak lagi selain menutup mataku, menerima seluruh ciumannya.

Mungkin ini yang disebut dengan ekstasi, entah ganja atau marijuana. Aku merasa seperti masuk ke dalam surga setiap kali Minho memainkan bibirku lembut, dan seolah keluar dari pintu surga saat bibirnya sedikit menjauh dari bibirku – meskipun ciumannya yang selanjutnya itu kembali menarikku masuk ke surga.



Entah sudah berapa lama kami berciuman, dan itu membuatku terengah-engah.

Sekujur tubuhku terasa panas, darahku berdesir kuat. Mungkin aku telah melakukan kesalahan terbesar karena telah mencium kekasih sahabatku.

“Aku mencintaimu, Lee Taemin.”

Tidak ada kata lain yang bisa membuat hatiku begitu meledak selain kalimat ini. Minho… dia mengatakan bahwa ia mencintaiku? Tuhan! Apa ini mimpi? Atau aku sudah mati karena begitu bahagia?

Tidak mendengar respon apapun dariku, Minho sedikit terkekeh. “Huh, kau boleh bilang aku menggelikan. Yah, aku minta maaf…” ucapnya.

Aku menatapnya heran. Apa maksudnya? Bukankah seharusnya aku yang minta maaf karena membuatnya menciumku padahal ia kekasih Key?

“Aku dan Key… bukan sepasang kekasih,” sahutnya, seolah mematahkan lagi hatiku yang merasa dibohongi.
“Yah, ini lucu. Dan konyol. Okay, aku sudah lama memendam perasaan ini. Dan aku mendengar bahwa kau dan Suzy… yah, seperti yang kau tau. Maka aku mendekatinya, berusaha membuatmu cemburu agar kau menyerah. Tapi ternyata sulit…”

Aku masih diam tidak percaya. Jadi selama ini…

“Aku berusaha mengganggumu saat kau bersama Suzy. Tapi, beberapa hari yang lalu Suzy mengutarakan perasaannya padaku. Kupikir ini aneh, padahal aku hanya mendekatinya saat kau ada saja, tapi aku tidak menduga kalau ia seperti itu…”

Aku semakin kaget dibuatnya. Suzy? Menyukai Minho?

“… dan aku menolaknya. Aku bilang aku mempunyai orang lain yang kusuka. Bodoh bukan?! Aku sampai meminta Jonghyun mencari info tentang dirimu, sampai akhirnya aku bertemu Key, dan memintanya berpura-pura menjadi pacarku saat di festival – setidaknya aku tidak akan terlihat menyedihkan saat kau menyatakan perasaanmu pada Suzy.”

Mengerjapkan mata tidak percaya, aku merasa ini seperti mimpi! Sungguh? Apa ia tidak berbohong?

“Sekarang kau boleh menertawaiku. Aku memang idiot,” ucap Minho pelan.


Tuhaaaaan!! Bagaimana ini? Aku kehabisan kata-kata. Aku tidak bisa… mengekspresikan segala kegembiraanku. Hatiku berteriak senang mendengar ini. My crush! My crush loves me back! Tapi…

“M – Minho…” kupanggil namanya pelan.

“Hmm?”


Oh God. Kenapa satu kata itu terdengar begitu lembut dan indah di telingaku? Aku tidak bisa melepaskannya! Tidak!

Kupejamkan mataku kuat-kuat lalu perlahan menyandarkan kepalaku di bahunya. Ini memalukan, tapi aku benar-benar jatuh cinta sekarang.

Dan aku tidak perlu mengatakan apapun lagi saat Minho merengkuh tubuhku. Menyambut cintaku dengan pelukan yang hangat. Tidak perlu kata-kata.

“Tuhan… aku jatuh cinta…”

Aku sudah tidak tau apakah kalimat itu kuucapkan dengan suara atau hanya di dalam benakku. Segala yang terdengar hanyalah detak jantungku yang berlari kencang.

Kurasakan pelukan Minho semakin erat. Ia mengusap punggungku lembut, kemudian berbisik di telingaku, “finally, you come to me…”


Hanya seulas senyuman sebagai balasan dariku. Tidak ada satu katapun yang ingin kuucapkan. Aku hanya ingin memeluknya. Mengatakan betapa aku mencintainya melalui kehangatan ini.




Choi Minho, aku mencintaimu.








THE END.




3 komentar:

  1. JUSTOMIIIIIN...

    Akhirnya kau tuangkan juga idemu di ff.. Hahaha!Tuh! Jangan benci benci ama orang, ntar JATUH CINTA lho..

    Oh ah.. Ternyata Minho, dibalik semua itu..
    *tunjuk2 Minho sambil memicingkan mata

    Semua jempol yang aku punya, kuacungkan padamu Justomin.

    -Camello

    BalasHapus