Title :
Finally, You Come to Me
pair : Minho x Taemin
supporting : Key, Suzy, Onew, Jonghyun.
genre : romance, fluff
author : justomin
A/N : hello this is justomin. aku buat FF secepat kilat loh hahaha maaf ya kalo jelek. buat para 2min shipper dan penyuka ff 2min silakan baca ^^ ini ff yang pertama aku post di sini hoho. please love my fic more <333
===
“Kau melangkahiku? Kau pikir kau bisa?”
Aku berteriak sedikit kencang . yeah, walaupun faktanya
aku tidak peduli, apakah seluruh siswa Konkuk University saat ini mendengarkan
bentakanku, tapi aku cukup bersyukur kali ini di sekitarku dan laki-laki di
hadapanku ini tidak ada siapa-siapa.
Laki-laki di hadapanku itu hanya tertawa mengejek. Ia
merapikan poninya dan memperbaiki kerah jaket kulitnya santai, seolah-olah
bentakanku tidak ada artinya. Cih.
“Hei Lee Taemin. she’s not yours. Don’t blame me,” ucapnya
berlagak.
“Oh ya? Secara resmi tidak, tapi dia meresponku dengan
sangat baik, Choi!” balasku dengan sedikit emosi.
Manusia bermarga Choi ini mengangkat satu alisnya,
lagi-lagi menatapku remeh. Hah, aku tau tidak ada satu orang pun yang bisa
menandingi ketampanannya di Universitas Konkuk.
Choi Minho. Or they called him ‘The Casanova’.
Dia tampan. Dengan helai rambut ikal berwarna cokelatnya,
dipadukan dengan rahang yang tegas, mata besar yang indah, bibir yang tebal –
siapapun yang melihat akan ingin menciumnya, serta kulitnya yang cokelat –
begitu manly. Aku bahkan tidak tau ada berapa perempuan yang sudah bertekuk
lutut hingga bersimbah darah karena patah hati olehnya.
Dia pribadi yang bebas – sepertinya begitu. Tidak pernah
ada wanita yang benar-benar bisa menjadi kekasihnya, entahlah. Begitu yang aku
dengar.
“Respon yang baik bukan berarti ia menanggapimu, Lee
Taemin. kau seharusnya belajar lebih banyak soal wanita. Ck, aku tidak
menyangka ternyata Mr. famous Lee Taemin dengan segudang prestasi akademiknya
begitu polos soal cinta.” Ia tertawa meledekku.
Sialan!
Kalau tau dia mengataiku seperti ini lebih baik aku tidak
memujinya tadi – yah walaupun itu dalam hati sih. segera saja kutinggalkan ia
sendirian. Masa bodoh!
Namaku Lee Taemin. aku termasuk satu dari secuil
mahasiswa Konkuk University yang berhasil member kontribusi besar dalam
mengangkat nama universitas – maksudku, aku anak yang berprestasi dengan
kemampuan otak yang tidak main-main. Well, penampilanku? Good-looking. Itu yang
mereka katakana tentangku.
Aku memiliki anugrah yang… entahlah. Aku menyebut ini
aneh. Kombinasi tampan dan cantik. Di satu sisi aku mendengar pujian bahwa aku
tampan, dan di satu sisi aku mendengar pujian aku cantik – mostly like this.
Satu hal yang lucu, aku bahkan tidak menyangka bahwa aku bisa membuat baik
laki-laki dan wanita jatuh cinta. Blame the God for this.
Oh ya, soal aku dan si Choi itu.
Yeah. Aku vs dirinya. Lee Taemin vs Choi Minho.
Kami sedang berperang memperebutkan subuah piala – yang
jauh lebih berharga dari sebuah award atau apapun. ‘Piala’ itu bernama Suzy.
Bae Suzy.
Aku dan Minho sedang mengejar gadis ini.
Awalnya aku yang lebih dulu mendekatinya – bahkan mungkin
hampir satu kampus mengetahui bahwa aku dan Suzy sangat dekat, kami hampir berpacaran.
Hanya menunggu waktu. Sampai laki-laki itu datang, merayu Suzy, dan yang
membuatku tidak habis pikir… Suzy bisa dekat dengannya dengan mudah (bahkan
lebih mudah dari saat dekat denganku).
Oh fuck you for your asset, Choi Mean-ho! I think I know
the real reason of why they called you The Casanova.
Aku membencinya? Ya. Eoh, tidak. ah, entahlah!
Kadang aku begitu membencinya sampai-sampai aku ingin
sekali memukulnya – apalagi saat melihatnya bersama-sama dengan Suzy.
Pernah saat itu aku melihatnya membantu Suzy membawa
buku-buku ke perpustakaan. Mataku saat itu tidak bisa lepas darinya. Yeah,
walaupun konteksnya ia sedang berlagak menjadi laki-laki gentleman, tapi aku
menganggap hal itu sama saja dengan kata ‘merayu’.
===
Aku tidak tau bagaimana cara mengutarakannya.
Berkali-kali kutarik dan kuhembuskan nafasku pelan saat melihat Suzy berlari ke
arahku.
“Oppa!” panggilnya.
Aku hanya tersenyum sebagai balasan.
“Ada apa memanggilku tiba-tiba?” tanyanya heran. Well,
tidak biasa aku ingin bertemu dengannya saat ia sedang mengikuti kegiatan
teater sebagai ekstra di kampus.
“Uhm… kau datang ke festival ulang tahun nanti kan?
maksudku, selain bermain teater…” ucapku, mengingat acara ulang tahun Konkuk,
dan Suzy terlibat sebagai salah satu pemain teater di sana.
“Ya, tentu saja! Oppa kau akan menontonku kan?!”
Kuanggukkan kepalaku cepat tanda setuju. Oh yeah! Aku
akan menyatakan perasaanku di festival nanti!
“Oppa!”
“Ya?”
“Ani, Taemin oppa. Itu… Minho oppa!”
Kutolehkan kepalaku dan kudapati laki-laki bertubuh
jangkung itu berjalan mendekat kea rah kami.
Oh shit. Good, Choi. Kau benar-benar datang untuk
mengganggu. Nice moment.
“Suzy-ah, apa latihanmu sudah selesai?” Tanyanya.
Suzy menggeleng. “Aku masih akan berlatih lagi. kenapa
oppa?”
Minho hanya tersenyum, kemudian mengusap kepala Suzy,
membuatku marah melihatnya. “Tidak. aku hanya membawakanmu minuman. Ini
untukmu…” ia lalu menyodorkan minuman kaleng padanya.
“Eh? Aku jadi tidak enak…” sahut Suzy menundukkan
kepalanya. Eh? Apa ia senang?!
“Suzy! Ayo latihan lagi!”
Seorang gadis berteriak dari arah yang berseberangan dari
kami, memanggil Suzy kembali ke tempat teaternya.
“Oppa, aku harus latihan lagi. sampai nanti Minho oppa,
Taemin oppa…” ucapnya kemudian segera pergi dari hadapan kami.
Dan tinggallah kami berdua.
Aku mendengus kesal saat melihat wajahnya yang begitu
santai – tidak peduli dengan bagaimana raut wajahku.
“Kau benar-benar… aish…” gumamku kesal.
Terdengar suara kekehan darinya, dan itu membuatku
semakin kesal. Apa yang ia tertawakan? Aku kira tidak ada yang lucu! Aku bahkan
tidak membuat joke untuk ini!
“Menertawai apa? Apa kau puas minumanmu dibawa olehnya,
hah?” timpalku.
Ia hanya menggeleng lalu tersenyum. Tidak mengatakan
apapun sebelum akhirnya ia pamit.
“Aku duluan,” sahutnya.
Lalu… tiba-tiba saja jari-jari kokohnya mengusap kepalaku
dengan lembut.
DEG.
Apa maksudnya?
Kenapa ia melakukan itu?
Kenapa ia mengusap kepalaku seperti saat ia mengudap
kepala Suzy tadi?
Kutolehkan kepalaku ke samping, menatap punggungnya yang
semakin menjauh dari hadapanku.
“Brengsek…”
Brengsek! Kenapa aku tidak berteriak mengumpatnya? Kenapa
hanya gumaman kecil? Hey, kau tidak takut padanya Lee Taemin!
Lalu?
“Uhh, sepertinya aku demam…” ucapku, menepuk-nepuk pipiku
saat merasakan wajahku terasa memanas.
===
“Kau yakin Taemin? menyatakan perasaanmu pada Suzy?” Key –
sahabatku, menatapku tidak percaya saat aku menceritakan rencanaku padanya soal
acara festival.
Kuhembuskan nafasku pelan. yah, aku juga jujur saja masih
ragu. Memang aku tidak ingin kalah dari Minho, tapi… entahlah. Rasanya entah
kenapa aku jadi mulai bimbang, padahal rencana ini sudah kususun sejak dua
bulan yang lalu.
“Yah Lee Taemin! pikirkan baik-baik. Jangan sampai kau
menyesal. Apa kau sudah mempersiapkan mental?”
Aku hanya menggeleng.
“YAH LEE TAEMIN! bagaimana bisa kau tidak mempersiapkan
apapun?”
Aku mengangkat bahuku. Entahlah. Aku bahkan sama sekali
tidak bisa berfikir bagaimana cara aku mengungkapkannya.
Yang ada di pikiranku saat ini adalah Minho.
Minho????
AH! Ya! Maksudku… aku memikirkannya, bagaimana kalau
nanti dia datang dan merusak semua rencanaku? Ia kan selalu saja datang di saat
yang tidak tepat! Benar. Pasti begitu!
“Oh God, Lee Taemin. festival hanya tinggal satu minggu
lagi. ini tidak lucu.”
Kalimat Key tadi sore membuatku tidak bisa tidur.
Ah, bagaimana ini? Itu benar! Festival hanya tinggal satu
minggu lagi. aku tidak mungkin tidak mempersiapkan apapun kan? setidaknya
kata-kata indah sebelum aku membuka kalimat “aku menyukaimu”.
“Aish, kenapa ini begitu rumit?”
Ya, terasa rumit sekali. Apalagi rivalku itu! fine, Key
pernah bilang rival apapun tidak penting, yang penting usaha untuk diri
sendiri. Tidak boleh minder. Ergh, tapi tetap saja…
Drrt… drrt…
Aku mengenyitkan alisku saat melihat nomor tidak dikenal
menghubungi ponselku. Tanpa curiga pun aku mengangkatnya.
“Halo?” ucapku klasik.
“Oh hai, beautiful boy Lee Taemin. aku tidak menyangka
bahwa nomor ponsel yang Jonghyun berikan padaku itu benar-benar nomormu.”
Fuck! This is… CHOI MINHO?
“Excuse me, who am I speak to?” balasku, pura-pura tidak
mengenalnya.
“Tss. Kau berbohong. Kau pasti tau siapa aku, you prude
liar,” ejeknya.
Kuhembuskan nafasku kesal. Kenapa orang ini suka sekali
menganggu sih? okay, tahan emosimu Lee Taemin.
“Seriously, aku bahkan tidak mengenal nomor ini? Aku akan
menutupnya kalau anda masih bicara kekanakan seperti itu,” ucapku tegas.
“Hahaha. Ya ya ya, baiklah. Aku akan membuka kedokku.
Hmm… kau tau kata sempurna? That’s me.”
Aku hanya tertawa mengejek. “Oh ya? Sempurna? Yeah
baiklah, you perfectly moron, right?”
“Of course not! Baiklah, clue kedua… nama keluarga, as
like a rich person, called Choi…”
“A – ha. You Choi Minho. The fucking idiot person that I
ever see.”
“Wow. Kau mengenaliku bahkan sebelum aku menyebutkan
namaku. Apa aku harus berterima kasih untuk satu orang penggemar sepertimu?”
“HAHAHA! VERY FUNNY! Sepertinya kau keluarga kaya yang
tidak memiliki cermin besar. Uh helloooo, orang sepertiku penggemar dari
seorang Choidiot? Fine, mungkin saja itu terjadi, setelah dunia berbalik!”
“Kau atau aku yang bodoh huh? Dunia berputar dan
berbalik. Apa kau tidak tau eksistensi dari rotasi?”
SIAL!!! Ia menyudutkanku!
“Whatever! So what the fucking happen? Kenapa kau tiba-tiba
meneleponku?” ucapku mengalihkan topic.
“Tidak ada yang penting. Aku hanya ingin menanyakan, kau
serius akan menyatakan perasaanmu pada Suzy? Di festival nanti?”
Kukenyitkan alisku bingung. “Da – dari mana kau tau?”
“Ck, this is Choi Minho. Aku tidak mungkin tidak tau
banyak hal, terutama tentangmu…”
Eoh? Tentang aku? Maksudnya…
“… we’re forever rival, right?” sambungnya, dan itu 100%
sukses membuatku seperti dijatuhkan setelah diangkat tinggi, entah kenapa.
“OH YEAH, TENTU SAJA! Dan asal kau tau aku tidak akan
membiarkanmu berdekatan dengannya nanti!”
“Oh ya, aku juga tidak akan membuatmu berdekatan
dengannya nanti. And I mean it, Lee Taemin.”
“FINE! Lakukan saja jika kau bisa!!”
“I’m sure I’ll make you.”
“Okay, aku menantikannya. BYE CHOI-DIOT!”
Pip.
Dengan penuh emosi, aku menekan tombol end pada ponselku.
What the hell! Kau pikir kau bisa? Hah, aku yang akan duluan membuatmu menjauh
darinya. Lihat saja!!
===
Hari ini aku bertemu dengan Suzy, mengajaknya makan di
café bersama-sama, tapi ia menolaknya karena ia akan menemani Onew, sunbae-nya
di klub teater untuk mengambil kostum yang mereka gunakan di acara festival
nanti.
Mungkin benar kata orang, ketika kau memusuhi seseorang,
kau tidak masalah jika orang yang kau sukai dekat dengan siapa saja, asal bukan
musuhku. Hell yeah. Hanya laki-laki tidak bermoral bernama Choi Minho itu yang
berhasil membuatku cemburu.
Kulipat kedua tanganku di dada dan tersenyum menang saat
melihat Minho berpapasan dengan Suzy dan Onew. Hahaha. You see, Choi? Suzy
tidak mungkin meninggalkan Onew hanya karenamu – jika kau mengajaknya makan
siang bersama dia pasti menolaknya, sama sepertiku tadi. Dan aku bersyukur Suzy
memberitauku duluan soal Onew.
But…
Hei, apa itu?
Dia hanya melambaikan tangan? Tidak mencegahnya sama
sekali? Padahal Onew dan Suzy terlihat begitu akrab!!
Aku tidak habis pikir.
Padahal ketika Suzy bersamaku, ia akan selalu datang
mengganggu. Tidak peduli apakah kami sedang bicara santai atau sedang bicara
serius. But this… what the hell?
Err… apa mungkin keadaannya sama sepertiku? Cemburu kalau
Suzy hanya bersamaku, bukan dengan laki-laki lain? eoh? Tapi setidaknya… ia
harus bertanya bukan?! Aku saja tadi bertanya pada Suzy siapa laki-laki itu.
apa mungkin ia sudah kenal? Aneh sekali, setauku Minho hanya aktif di klub
basket – tidak berkaitan dengan klub teater yang bisa menghubungkannya dengan
Onew.
Ah, sudahlah! tiap kali memikirkannya aku selalu
uring-uringan begini. Ck!
“Taemin!!”
Aku tersenyum mendapati Key mendekatiku.
“Hey, kau sedang apa di sini?” tanyaku klasik. Yah, Key
beda jurusan denganku, tidak biasanya ia datang ke tempatku.
“Tentu saja untuk menemuimu! Aku tidak punya kenalan lain
di sini selain kau, hahaha!” ucapnya meninju lenganku pelan.
Aku hanya terkekeh mendengarnya. “Lalu kau ada perlu
apa?”
“Ah tidak. aku hanya ingin kau ikut denganku memilah
pakaian untuk festival nanti malam!”
Tawaku pecah mendengar kalimatnya. Apa-apaan dia? Ck,
dasar feminim. Pergi ke pesta saja perlu pakaian, seperti wanita.
“Yah Key. Bukankah kau masih memiliki lebih dari 10
pakaian yang belum kau pakai? Bisa saja kau mengenakannya satu untuk nanti
malam. Ckck.”
“Andwae! Pakaianku itu lebih cocok kugunakan untuk pergi
ke acara yang lebih resmi. Pokoknya temani aku ya. Kau juga berpakaian yang
bagus, bukankah nanti malam adalah malam yang special?”
Aku tersenyum kecil. “Uhm… ya begitulah.”
“Tapi Taemin… kau… benar-benar yakin? Maksudku… dengan
Suzy, kau benar-benar akan menyatakannya nanti malam?”
“Ya, memangnya kenapa?” tanyaku heran. Tidak biasanya Key
tidak berada di pihakku begini.
Key menggeleng lalu tersenyum. “Ah tidak! makanya harus
bersiap-siap, bukan?!” ujarnya, menepuk dahiku.
===
Malam itu begitu ramai.
Di sepanjang jalan ada banyak stand-stand yang menjajakan
makanan.
Aku dan Key berjalan dan terkagum-kagum saat melihat
lampion indah bertebaran di sana-sini. Seperti penerang dalam langit yang
gelap. Awesome.
“Wow, keren sekali!” sahut Key. Aku hanya
mengangguk-ngangguk.
Di salah satu sisi dekat stand, ada sebuah ruangan
teatrikal. Aku yakin Suzy akan tampil di dalam, dan di seberangnya ada panggung
yang menampilkan penyanyi-penyanyi akustik – walaupun tidak semuanya bersuara
bagus, tetapi mereka memiliki kemampuan music yang cukup baik.
“Hei lihat! Apa itu geng anak-anak yang tampan?” Key
menunjuk ke salah satu sisi dan membuatku menoleh.
Seorang laki-laki tampan, dia Kim Jonghyun, sedang
berdiri di hadapan beberapa lelaki tampan lain. dan hell yeah, sesuai dugaanku.
Mereka menjadi pusat perhatian para wanita, terutama dengan kehadiran si
Choi-diot itu.
“Hah, sudahlah Key. Aku akan masuk menonton teater. Kau
tidak ikut?” tanyaku klasik.
Key menggeleng cepat. “Kau saja. Aku tidak tertarik
dengan teater, haha baiklah. Aku akan berjalan-jalan di sekitar.”
“Okay. Nanti kutelepon.”
“Okay!”
Dan aku pun masuk ke ruang teater, menonton di sana.
Benar-benar hebat.
Aku melihat Suzy memerankan perannya dengan baik. Ia
menjadi seorang wanita yang ingin mencapai impiannya menjadi seorang penyanyi
dan selama perjalanannya ia bertemu dengan laki-laki yang menjadi cintanya –
drama ini dinamakan Dream High.
Aku bertepuk tangan berkali-kali saat melihat penampilan
mereka. Lawan main Suzy adalah pria yang juga cukup popular, Ok Taecyon.
Hahaha. Choi Minho, kau lihat ini?
Eh?
Mataku mengedar di sekeliling. Apa aku tidak salah? Aku
sama sekali tidak menemukan Minho di dalam ruangan ini. Masa iya ia tidak
menonton?
Atau… jangan-jangan yang lebih buruk… ia pergi ke
backstage dan mengambil langkah duluan dariku? OH TIDAK!!
Jika ingin masuk ke backstage aku harus melalui pintu di
samping ruangan. Oleh karena itu, aku segera keluar dari ruang teatrikal.
Tapi yang aku lihat…
Eoh?
Choi Minho?
Ia berada di luar teater, tidak menonton Suzy. Dan yang
lebih parah lagi… ia sedang berjalan bersama dengan Key! Makan gulali bersama,
dan tertawa bersama.
Tawa itu sangat lepas. Mereka lebih terlihat seperti
sepasang kekasih dibanding persahabatan.
Aku tidak tau kenapa. tiba-tiba saja aku datang
menghampiri mereka berdua.
FUCK YES!
Jelas saja mereka berdua terkejut dengan kedatanganku. Oh
hello, kalian ternyata begini di belakangku?
“T – Taemin?” ucap Key takut-takut. Entah, mungkin saja
wajahku terlihat dua kali lebih menyeramkan dibanding sebelum-sebelumnya.
“Kenapa kau di sini?” Tanya Minho cuek, membuatku semakin
tidak percaya.
WOW. Drama yang sangat hebat! Ia masih bisa mengatakan
hal itu dengan santai?
“Key? Shisus, kau membohongiku? Sedekat apa kau
dengannya?” tanyaku dengan emosi.
“Taemin… kau… kau ja – jangan marah…” sahut Key semakin
ketakutan, dan aku tidak peduli.
“Hei, jangan bicara kasar padanya.” Minho si sok
superhero meleraiku.
OH BAGUS SEKALI BUKAN?! Apa aku salah dengar? Bangunkan
aku kalau ini mimpi! Minho… kau membela Key? Begitu?
“Diam kau Choi! Kau sama sekali tidak ada urusan! Aku
ingin bicara dengan Key!!” bentakku.
“Tidak. aku ada urusannya dengan ini. Kalau kau ingin
penjelasan, aku yang harus kau Tanya! Bukan dia. Kau mengerti?” balas Minho.
Kata-katanya itu membuatku semakin tidak percaya. Oh Tuhan!
Dosa apa aku sampai harus menerima hal sepahit ini? Entah, aku hanya merasa
dadaku sesak, melihat sahabatku berada di dekatnya.
“JAUHI KEY! Jangan pernah menyentuhnya!!” marahku.
“Taemin… aku…” Key mencoba menjelaskan, tapi Minho
menahannya.
“Dia kekasihku sekarang,” ucap Minho, dan itu membuatku
semakin kaget.
WHAT? KEKASIH? I know Key is a fag, but… lover????
“Tidak!! kau tidak boleh!!” marahku. Entah, aku hanya
ingin membentaknya sekarang.
“Kenapa? sekarang kau bebas mengatakan perasaanmu pada
Suzy.Bukankah ini menguntungkan untukmu?” ucap Minho santai, seolah-olah ia
tidak lagi memperjuangkan gadis yang selama ini kami berdua kejar.
“What? Kau…” aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi.
entah kenapa rasanya aku seperti dilempar jauh dari lingkaran bernama bumi.
“Aku bilang dia untukmu. Ambillah sesukamu. Aku tidak
akan –“
“BRENGSEK! Aku benci!! Aku benci padamu!! aku benci semua
yang ada dalam dirimu!!” teriakku marah, dan lagi-lagi, aku tidak peduli semua
orang mendengarku bertengkar dengannya.
Dunia seperti berhenti berputar. Baik aku, Minho, maupun
Key. Tidak ada yang bicara di antara kami bertiga. Aku seperti melampiaskan
kekesalanku.
Key berbohong, ia berpura-pura tidak mengenal Minho tapi
ternyata mereka pacaran. Begitu? Dan Minho… dia mundur dari ini semua begitu
saja? apa itu bukan menipu namanya????
Key menatapku tidak enak. “Tae – min… kau… menangis?”
SIAL!
Kuseka air mataku dengan kasar lalu segera berlari dari
hadapan mereka berdua. Aku tidak bisa menoleh saat mendengar Suzy meneriakkan
namaku, entah.
Rasanya dadaku remuk, sakit. Segalanya. Aku merasa bahwa
akulah yang seharusnya menyandang nama idiot, karena aku merasa dicampakkan
tanpa sebab. Benar-benar menyedihkan!
Kakiku melangkah masuk ke dalam ruangan indoor basket.
Untung saja tidak dikunci dan tidak ada siapapun di dalam sini. Aku jadi bisa
melampiaskan segalanya di sini.
Menangis,
berteriak, mengumpat.
Hanya itu yang aku lakukan. Sungguh menyedihkan. Aku
bahkan baru menyadari semuanya. Bahwa selama ini bukan Suzy. Hatiku berpindah,
bahkan kepada rivalku sendiri. Choi Minho. Bodoh bukan?!
Kenapa Tuhan membuatku sadar akan hal ini setelah
semuanya terlambat? Persetan dengan kata gay!
Kenapa Minho membuatku jatuh cinta padanya? Dan kenapa
aku dengan bodohnya mau memberikan perasaanku padanya? Padahal dia itu musuhku.
It’s a silly thing, kau baru mengetahui bahwa kepada
rivalmulah kau jatuh cinta.
Semua terasa begitu cepat.
Aku membencinya, jatuh cinta, lalu patah hati sebelum aku
benar-benar mengikrarkannya.
Menyedihkan!
“Apa kau sudah selesai?”
Eh?
Isakanku terhenti saat mendengar suara rendah itu.
Dengan takut-takut aku mengangkat kepalaku yang sejak
tadi terbenam di kedua lututku yang tertekuk.
Choi Minho. Ya, itu dia.
Kenapa dia ada di sini? Kenapa dia bisa menemukanku?
Padahal aku berada di sudut ruangan yang gelap.
Tidak mengatakan apapun, ia lalu mendudukkan tubuhnya di
sampingku, membuatku semakin kehilangan kata-kata. Oh Tuhan! Bagaimana bisa aku
baru menyadari arti detak jantungku selama ini saat berada di dekatnya?
“Kenapa kau menangis?”
Satu pertanyaan yang begitu menusuk. Tidak! aku tidak
akan menjawabnya. Ini terlalu bodoh untuk dikatakan.
Dan pada akhirnya aku hanya menggeleng.
“Kau cemburu?”
What?
Sontak aku menatapnya heran, berlagak bahwa aku bingung
dengan pernyataannya.
“Kau tidak perlu mengelak lagi. kau cemburu karena aku
mengenalkan Key sebagai kekasihku? Kau tidak ingin ada orang lain yang dekat
denganku. Begitu bukan?”
Aku meneguhkan hatiku, mencoba menahan rasa sakit dari
kalimatnya. Entah kenapa kata ‘kekasih’ itu ingin sekali kucoret dari otakku.
“Jawab aku,” ucapnya – menuntut.
“I – itu urusanmu. Aku… yah, maaf –“
“Wajahmu merah. Apa kau terlalu malu untuk jujur?”
Aish! Choi Minho, don’t you know that it makes me blushing
since forever? Kenapa kau menanyakan hal itu? shit!
“Lee Taemin.”
DEG.
Lagi-lagi deguban ini. Saat jari-jarinya menyentuh daguku
dengan lembut, membuat wajah kami bertatapan dan aku yakin betul tanpa aku
katakana pun ia sudah bisa membaca perasaanku.
Fuck you for your stupidity, Lee Taemin.
Tidak ada yang terucap lagi, selain… ciuman tiba-tiba
yang ia daratkan di bibirku!
Aku bersumpah aku ingin mengelak, tetapi tubuhku kaku.
Hatiku leleh, dan aku tidak bisa bergerak lagi selain menutup mataku, menerima
seluruh ciumannya.
Mungkin ini yang disebut dengan ekstasi, entah ganja atau
marijuana. Aku merasa seperti masuk ke dalam surga setiap kali Minho memainkan
bibirku lembut, dan seolah keluar dari pintu surga saat bibirnya sedikit
menjauh dari bibirku – meskipun ciumannya yang selanjutnya itu kembali
menarikku masuk ke surga.
Entah sudah berapa lama kami berciuman, dan itu membuatku
terengah-engah.
Sekujur tubuhku terasa panas, darahku berdesir kuat.
Mungkin aku telah melakukan kesalahan terbesar karena telah mencium kekasih
sahabatku.
“Aku mencintaimu, Lee Taemin.”
Tidak ada kata lain yang bisa membuat hatiku begitu
meledak selain kalimat ini. Minho… dia mengatakan bahwa ia mencintaiku? Tuhan!
Apa ini mimpi? Atau aku sudah mati karena begitu bahagia?
Tidak mendengar respon apapun dariku, Minho sedikit
terkekeh. “Huh, kau boleh bilang aku menggelikan. Yah, aku minta maaf…”
ucapnya.
Aku menatapnya heran. Apa maksudnya? Bukankah seharusnya
aku yang minta maaf karena membuatnya menciumku padahal ia kekasih Key?
“Aku dan Key… bukan sepasang kekasih,” sahutnya, seolah
mematahkan lagi hatiku yang merasa dibohongi.
“Yah, ini lucu. Dan konyol. Okay, aku sudah lama memendam
perasaan ini. Dan aku mendengar bahwa kau dan Suzy… yah, seperti yang kau tau.
Maka aku mendekatinya, berusaha membuatmu cemburu agar kau menyerah. Tapi
ternyata sulit…”
Aku masih diam tidak percaya. Jadi selama ini…
“Aku berusaha mengganggumu saat kau bersama Suzy. Tapi,
beberapa hari yang lalu Suzy mengutarakan perasaannya padaku. Kupikir ini aneh,
padahal aku hanya mendekatinya saat kau ada saja, tapi aku tidak menduga kalau
ia seperti itu…”
Aku semakin kaget dibuatnya. Suzy? Menyukai Minho?
“… dan aku menolaknya. Aku bilang aku mempunyai orang
lain yang kusuka. Bodoh bukan?! Aku sampai meminta Jonghyun mencari info
tentang dirimu, sampai akhirnya aku bertemu Key, dan memintanya berpura-pura
menjadi pacarku saat di festival – setidaknya aku tidak akan terlihat
menyedihkan saat kau menyatakan perasaanmu pada Suzy.”
Mengerjapkan mata tidak percaya, aku merasa ini seperti
mimpi! Sungguh? Apa ia tidak berbohong?
“Sekarang kau boleh menertawaiku. Aku memang idiot,” ucap
Minho pelan.
Tuhaaaaan!! Bagaimana ini? Aku kehabisan kata-kata. Aku
tidak bisa… mengekspresikan segala kegembiraanku. Hatiku berteriak senang
mendengar ini. My crush! My crush loves me back! Tapi…
“M – Minho…” kupanggil namanya pelan.
“Hmm?”
Oh God. Kenapa satu kata itu terdengar begitu lembut dan
indah di telingaku? Aku tidak bisa melepaskannya! Tidak!
Kupejamkan mataku kuat-kuat lalu perlahan menyandarkan
kepalaku di bahunya. Ini memalukan, tapi aku benar-benar jatuh cinta sekarang.
Dan aku tidak perlu mengatakan apapun lagi saat Minho
merengkuh tubuhku. Menyambut cintaku dengan pelukan yang hangat. Tidak perlu
kata-kata.
“Tuhan… aku jatuh cinta…”
Aku sudah tidak tau apakah kalimat itu kuucapkan dengan
suara atau hanya di dalam benakku. Segala yang terdengar hanyalah detak
jantungku yang berlari kencang.
Kurasakan pelukan Minho semakin erat. Ia mengusap
punggungku lembut, kemudian berbisik di telingaku, “finally, you come to me…”
Hanya seulas senyuman sebagai balasan dariku. Tidak ada
satu katapun yang ingin kuucapkan. Aku hanya ingin memeluknya. Mengatakan
betapa aku mencintainya melalui kehangatan ini.
Choi Minho, aku mencintaimu.
THE END.