Selasa, 25 Maret 2014

FF 2Min [Rewind The Fate] Chapter 1

Title : Rewind The Fate (Chapter 1)
pair : Minho x Taemin
genre : dark, fantasy, romance
author : justomin



A/N : Hola! This is justomin! Hahaha. Aku sangat kangeeeeeeeeen nulis FF dan karena ada kesempatan, kali ini aku post FF :) semoga bisa dilanjut, karena jujur aja aku masih kurang yakin :(
don't forget to leave your comment ^^







"Who's that burgundy guy?"




===





Laki-laki berambut hitam yang tengah berdiri di depan kelas itu hanya bisa menganga, menatap pemandangan di hadapannya tidak percaya.
 
“Lee Taemin? Silakan duduk di kursimu, paling belakang…”


Taemin, laki-laki itu terkejut ketika suara Kim sonsaengnim memecah lamunannya. Ia hanya mengangguk dan mengucapkan maaf kepada guru tampan yang bertubuh sedikit lebih pendek darinya. Kakinya lalu melangkah secara perlahan menuju kursi paling belakang. Ia menaruh tasnya lalu duduk, setelah itu Kim sonsaengnim memulai pelajarannya.

Sebagai siswa baru, ia seharusnya menunjukkan attitude dan antusias yang baik terhadap pelajaran, but… laki-laki yang duduk di bangku sebelah kirinya tersebut mengganggunya – yeah, dia adalah sosok yang membuat Taemin tercengang sejak masuk ke dalam kelas ini.


Laki-laki itu berambut burgundy, dengan poni-poni yang lebih dominan diarahkan ke samping kiri sehingga dari sisi kanannya, Taemin bisa melihat belahan rambutnya. Matanya bulat – Taemin tidak bisa memperhatikan warna matanya karena sedaritadi laki-laki itu menatap kea rah luar jendela, seperti tidak tertarik dengan hal lain di sekitarnya. Hidungnya mancung, bibirnya tebal, rahangnya terpahat dengan indah. Benar-benar manusia sempurna! dia tampak seperti pangeran di abad 21.

Taemin tidak bisa menyebutkan satu kata pun untuk mendeskripsikan makhluk yang tengah ia tatap. Di pikirannya hanya ada satu pertanyaan, yaitu ‘bagaimana bisa ia adalah sosok yang nyata?


Apa yang membuatnya berfikir begitu adalah, karena laki-laki itu sebelumnya pernah Taemin temui… dalam mimpi. Itu agak aneh, karena Taemin sering memimpikannya sebelum ia pindah ke Korea – every night he came to his dream – and he didn’t have any idea how could an asian guy came to his dream, meanwhile ia sudah hidup di London selama bertahun-tahun setelah orang tuanya bercerai.

Well, apa mungkin ini sebuah kebetulan? Ada sesuatu yang Taemin ingat dari wajah laki-laki di mimpinya dan mungkin saja itu tidak ada di –




Sret.


Huh?

Mata Taemin melebar ketika laki-laki itu mengalihkan pandangannya ke depan, hingga sesuatu  di pipinya tercetak dengan jelas.


That scar... Bekas luka itu… Taemin hafal betul bahwa itu dimiliki oleh laki-laki yang berada di mimpinya selama ini. Letaknya pun sama persis, di tulang pipi kanannya. Goresan sepanjang 2-3 cm.



This boy… who is he?
Taemin mulai penasaran.







Seperti ketika ada penghuni baru di sekolah, Taemin mulai dikerubungi oleh siswa-siswi di kelas. Mereka menanyakan banyak hal, seperti bagaimana kehidupan di London, mengapa pada akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke tempat ayahnya setelah sekian lama hidup di London, dan lain-lain.

“Hai…” Taemin bicara dengan sopan kepada dua orang yang tengah makan bersama di kantin. “Ng… maaf, kursi lain sepertinya terlalu ramai. Aku khawatir tidak bisa makan dengan tenang. jadi –“

“Sure, kau bisa makan dengan kami,” jawab salah satu laki-laki dengan gaya rambut aneh – warna putih dan modelnya seperti Einstein, entahlah.

“Kau siswa baru bernama Taemin kan?” sapa laki-laki yang lain, matanya sipit seperti bulan sabit. Sangat lucu.

Taemin mengangguk. “Ne, aku Lee Taemin dari kelas 2-2. Kalian dari kelas berapa?”

Kedua laki-laki itu terkekeh membuat Taemin heran. Apa ada yang salah?

“Kami sekelas denganmu, hahaha! Bagaimana bisa kau tidak melihatku dengan gaya rambut begini,” kekeh laki-laki berambut Einstein tersebut. “Aku, Kim Kibum. Panggil saja aku Key,” sambungnya ramah.

“Aku Lee jinki, panggil saja Onew.” Kali ini laki-laki bermata sipit bicara.

“Ng… Key, dan Onew?” Taemin mengulangi, dan mereka mengangguk. “Mengapa kalian memiliki nick name?”

“Don’t mind it. Itu hanya julukan sejak kecil dan kami terbiasa dengan nama itu,” ucap Onew.

Pembicaraan mereka akhirnya melebar dan tampaknya Taemin sedikit lebih nyaman dengan kedua crazy guy ini daripada teman-teman yang tadi menginterviewnya seperti tahanan penjara. Onew bahkan membuat denah sekolah mereka, dan memberitau jenis ekstra kurikuler. Sementara Key memberitau nama orang-orang terkenal di sekolah mereka – mereka yang tercantik, tertampan, terkaya, terpandai, dan sebagainya.

“Oh itu dia, Sulli. Yang paling cantik di sekolah ini – ani, mungkin di Korea!” Key bicara dengan heboh.

Taemin hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya. Well, ia mendengar berbagai nama di telinganya dan juga Key menunjukkan orangnya setelah menceritakan cirri-cirinya, tapi Taemin tidak puas. Right, karena ia belum mendengar apapun tentang burgundy boy itu.

“Key, Onew… bisakah kalian memberitauku… siapa nama laki-laki yang duduk di sampingku selama di kelas?” akhirnya Taemin mulai bertanya.

“Nugu…?” Onew memutar bola matanya. “Ah… dia! Hmm… kau satu-satunya orang yang menanyakan dirinya. Anggap saja dia tidak ada…”

Eoh? Taemin mengenyitkan alisnya. “Mengapa bisa begitu?”

“Dia… aneh. Err… tidak ada yang bisa dibicarakan tentang dia. Hmm, what should I call? Oh, antisocial! Geurae, dia antisocial.” Key menjawab.

“Bisa kau memberitau namanya?” Taemin bersikukuh – ia penasaran.

“Minho,” jawab Onew. “Choi Minho. ia adalah anak angkat keluarga konglomerat sebelum kedua orang tua angkatnya meninggal karena dibunuh. Dan selanjutnya, tidak banyak yang kami tau. Dia tidak punya teman, dan terakhir kami berkumpul untuknya hanyalah saat pemakaman kedua orang tuanya. Setelah itu… dia masuk sekolah seperti biasa, seolah tidak terjadi apapun. dan juga seperti biasa. Tidak bicara dengan kami semua.”

“Itu aneh.”

“I’ve told you.” Key membalas. “Besides, he’s… hot.”

“Hot? Ah, kau benar. Dia memang cukup seksi –“

“Lee Taemin…” Key memotong kalimatnya. “Maksudku, suhu tubuhnya selalu panas. Dia seperti orang yang demam seumur hidup.”



Oh… really?





===





“Choi… Minho?”

The burgundy boy menghentikan langkahnya, lalu memutar balik tubuhnya ketika mendengar namanya dipanggil. Oh, that’s Lee Taemin, siswa transfer dari London hari ini…
Ia tidak bicara, lalu kembali memutar tubuhnya dan berjalan, mengabaikan Taemin yang menatapnya dengan penasaran.

Taemin yang diacuhkan itu hanya mengenyit, lalu sebelum Minho berjalan lebih jauh, ia berlari mengejarnya. Mungkin saja Minho tidak biasa bicara dengan orang baru? Entahlah.
“Choi Minho!” ia mencegat jalanan Minho, berdiri di hadapan laki-laki itu. “Aku… aku Lee Taemin…” ucapnya canggung.

Minho diam, menatapnya datar.

Berdehem kecil, Taemin menatapnya serius. “Eum… aku ingin bertanya suatu hal, aku harap kau tidak keberatan…”

Minho masih tidak bicara, ia mendengarkan Taemin.

“Ng… apa sebelumnya… kita pernah bertemu? Sebelum aku pindah ke Korea, aku sepertinya sering memimpikanmu…” Taemin bicara dengan jujur, lalu terkekeh sendiri. “Aku tau ini bodoh, tapi… eum… apa mungkin sebelumnya kita saling mengenal? mungkin waktu berada di sekolah dasar? Karena aku pindah ke London di usia 7 tahun, jadi aku tidak terlalu mengenal teman di sekolah dasar, dan –“



“Tidak.”





Eoh?

Taemin sedikit mendongakkan kepalanya, menatap laki-laki yang lebih tinggi di hadapannya.
“Oh… begitu…”

Dan Minho pergi segera setelah itu, membuat Taemin semakin penasaran.






Laki-laki berkulit putih itu lalu pulang ke rumah dan mendapati ibunya – ibu tiri – menyambutnya dengan cemas. Ia mengenyitkan sedikit alisnya. Ini masih jam 7, apa yang salah?

“Taemin-ah, lain kali jangan pulang terlalu malam, okay? Seoul tidak seaman di London, akhir-akhir ini banyak sekali kejadian pembunuhan.” Wanita itu menasihati.

“Okay…” Taemin menjawab singkat, lalu menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya, mengabaikan pertanyaan ibu tirinya mengenai hari pertamanya di sekolah dengan alasan lelah. well, ia belum terbiasa dengan banyaknya aturan di dalam rumah.
 “Appa kau menikahi wanita yang cerewet,” gumamnya, membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Kalau saja mereka tidak pernah mengadakan perjanjian dalam surat perceraian, mungkin Taemin tidak perlu kembali ke Korea dan tetap tinggal bersama ibu kandungnya di London.



London is way better than Seoul, that is what Taemin thought.


Ia hampir meraih ponselnya untuk menelepon ibunya via skype, namun ia teringat oleh sosok yang ia temui di sekolah sebelum ia pulang. Yep, Choi Minho.

Sebenarnya siapa dia. Taemin semakin penasaran. Ia lalu mencari keyword nama ‘Choi Minho’ di google dan ia menemukan banyak biografi orang yang bernama Choi Minho – but not him. Well, okay, ia berpindah ke beberapa situs jejaring social dan… not found.

Aish… ia hampir lupa, anak itu antisocial, mana mungkin ia memiliki akun jejaring social?

 “Lalu bagaimana bisa aku mendekatinya?” Taemin bicara sendiri. Lalu sedetik kemudian sebuah pikiran terlintas di benaknya. “Ah! Mungkin ini akan membantu!”





===



“Apa kau akan ikut school summer camp minggu depan?”

Minho membuka matanya mendengar suara riang mendengung di telinganya. Ia lalu menoleh dan menemukan Taemin duduk di sampingnya. Alisnya mengenyit, bagaimana bisa Taemin menemukannya sedang tidur di rooftop?

“Tidak.” kalimat itu keluar lagi dari bibirnya. Ia lalu berdiri dan hendak meninggalkan Taemin, namun laki-laki itu menahan tangannya.

“Kau mau ke mana?”

Minho melepaskan tangan Taemin, menatapnya heran. Ia tidak tau ada orang yang begitu gigih ingin bicara padanya. Bagaimana bisa ia betah berada lebih dari satu menit di sekitarnya?

“Ayo ikut summer camp. Kau bisa berbagi tenda denganku. Bagaimana?” Taemin menawarkan, tersenyum ke arahnya, membuat Minho sedikit kaget.
“Wae?”

Laki-laki bermata bulat itu mengalih. “Tidak,” ucapnya, lalu pergi.

Taemin mendengus kecil. “Are you a ‘no’ machine? Tsk…”








Hari yang ditunggu-tunggu semua siswa akhirnya tiba, yaitu summer camp selama 3 hari di hutan yang cukup jauh dari Seoul.

Well, karena rencana Taemin untuk mendekati laki-laki burgundy itu tidak berhasil, alhasil ia benar-benar sendirian dalam tendanya selama summer camp ini. Ia berterima kasih kepada Kim sonsaengnim yang telah membantunya mendirikan tendanya – dan juga pada Onew dan Key, tentu saja.


“Sekarang kalian bisa mencari kayu untuk membuat api unggun. Jangan lupa gunakan handband di tangan kanan kalian sebagai identitas tim. Team A, merah. Team B, biru. Team C, hijau. Dan team D, abu-abu.  Apa kalian sudah jelas?” Kim Sonsaengnim memberi arahan.

“Ne!” siswa-siswi menjawab serempak – termasuk Taemin. ia menepuk-nepuk handband hijau di lengan kanannya.

“Baik. Jadi kalian akan mencari kayu di bagian utara dan timur. Jangan berjalan melewati line garis yang kami berikan karena itu sudah memasuki area yang berbahaya. Araseo?”

“Ne!!”

 “Silakan mencari. Jika ada teman kalian yang sakit segera antar kepada Jung sonsaengnim di bagian kesehatan.”

 Seluruh siswa pun akhirnya berpencar untuk mengumpulkan kayu. You know, everyone sangat excited dengan api unggun. Siapa yang tidak senang bernyanyi bersama-sama seraya menikmati makanan bersama?

Taemin bersiul-siul seraya mengambil beberapa ranting yang jatuh dari pohon. Ia berjalan terus ke kanan, sedikit menjauh dari gerombolan gadis-gadis yang justru mengambil selca di sekitar. Tsk, bagaimana bisa mengumpulkan kayu dengan banyak kalau mereka malah seperti itu.

Sampai ia berada di samping garis pembatas. Ah, jadi ini area terlarang? Sepertinya sama saja dengan yang lain…

Taemin mengembungkan pipinya lucu seraya memutar badannya untuk kembali, sebelum ia mendengar suara rintihan hewan.
“Eoh?” ia menoleh, sepertinya berada di balik batu di dekat pohon besar di sana…


Tapi… bukankah itu area terlarang? Taemin menggigit bibirnya. Apa mungkin ada hewan yang sakit? Bagaimana kalau itu hewan langka? Lagipula dari suaranya, itu tidak seperti suara hewan buas.

Ia lalu menoleh ke kiri dan ke kanan. Well, ini sepi… jadi…




SRET.

Ia melewati garis pembatas tersebut dan berjalan mengendap-endap kea rah suara hewan tadi, dan….



….


….




STUNNED.



Taemin terdiam. Ia menelan ludahnya.
M – Minho…?









Minho? itu… Minho bukan?

Taemin benar-benar terkejut melihat baju Minho terciprat darah dari rusa yang ternyata menjadi makan malamnya.





What is he????
Mengapa ia terlihat begitu buas????

Taemin melangkah mundur ketika Minho menatap matanya, sangat fierce. Ia menelan ludahnya sekali lagi melihat laki-laki itu menjilat bibirnya sendiri yang dilumuri darah rusa.



Itu… benar-benar Minho!!




“Choi Minho… kau….”









“TAEMIN-AAAAAH! Kau di manaaaaa??”

Seketika Taemin menoleh ketika mendengar suara teman-temannya mencarinya. Ia menatap Minho sekali lagi, melihat laki-laki itu berbalik lalu….






WHOOOOSSSSSSH.

Ia pergi, kembali meninggalkan Taemin dengan sejuta rasa penasarannya – serta rasa takutnya.








Kejadian itu sudah berlalu beberapa jam…

Beberapa api unggun sudah mati dan ini sudah lewat tengah malam, namun Taemin masih tidak bisa menutup matanya. Ia tidak bisa mengatakan pada siapapun bahwa ia melihat Minho tadi – lebih tepatnya ia tidak tau apakah yang ia lihat itu nyata atau ilusi. Taemin memejamkan matanya sesaat lalu membukanya lagi. ia tidak bermimpi kan? ia jelas melihat itu Minho.

“Bagaimana bisa ada manusia yang memangsa hewan seperti hewan buas begitu?” ia bergumam kecil – kali ini ia bersyukur karena ia berada di dalam tenda sendirian sehingga tidak ada yang mendengar keluhannya.




Hening.

Ugh, koreksi. Seharusnya ia merasa takut kalau ia sendirian.

“Sebaiknya aku pindah ke tenda Onew dan Key…” ucapnya, membuka pintu tendanya perlahan.
Ia lalu berjalan, menyelimuti pundaknya seraya memeluk dirinya sendiri, melangkah menuju tenda Onew dan Key yang berada di seberang tendanya sampai tiba-tiba….






“Hmmph –“

Ia disekap, dan dibawa lari ke hutan.






BRUK!!

Tubuh Taemin mendarat di atas dedaunan kering di bawah pohon besar. Ia menatap ke langit di atasnya…



It’s dark… and scary….



Ada banyak suara-suara yang mengerikan di sekitarnya, dan ketika ia mencoba untuk duduk, tubuhnya kembali di baringkan.
“M – Minho?” ucapnya, terbata. Sekali lagi ia bertanya, mengapa Minho berada di sini. Bukankah ia tidak ikut camping? Ani, yang lebih utama adalah… mengapa ia membawa Taemin kemari setelah kejadian itu?


Bola mata hitam Minho perlahan berubah menjadi gold, membuat Taemin terkejut. ia tampak seperti pemangsa yang mengerikan di mana ia akan memakan Taemin hidup-hidup tanpa sungkan. What is he? Why is he being like this?????

Taemin bisa melihat pembuluh vena di balik kulit cokelat Minho mulai muncul, menunjukkan bahwa aliran darahnya sedang melaju. Apa dia marah? Mengapa ia begitu menakutkan??

Benar, laki-laki itu meletakkan telapak tangannya di leher Taemin, ingin mencekiknya hidup-hidup, namun…




“Apa sebenarnya dirimu?”



Pertanyaan dari bibir Taemin itu membuatnya diam. bagaimana bisa ada orang yang masih menanyakan hal itu di saat nyawanya berada di ujung tanduk?

Melihat perubahan ekspresi wajah Minho, Taemin lalu mendorong tubuh maskulin Minho sedikit menjauh darinya hingga ia bisa mendudukkan tubuhnya. “Mengapa kau ada di sini?” kali ini pertanyaan lain terlontar dari bibir Taemin.

Masih diam, Minho menatap Taemin dengan alis mengenyit.

“Mengapa kau membawaku kemari? Mendengar suara desis ular, membuatku takut…” Taemin bicara lagi, menolehkan kepalanya ke kiri dank e kanan bergantian.



Jika kau berani mengatakan hal ini pada orang lain…” Minho menarik dagu Taemin, mendekat ke wajahnya. “… kau mati.

“Ummf –“ Taemin merintih kecil ketika Minho menggigit bibirnya dan menghisap sedikit darah yang keluar dari bibirnya.


It’s a strange.

Normally, ketika kau berciuman atau apapun di mana seseorang menggigit bibirmu, kau tidak akan bleeding. But this… is different. Taemin bersumpah, Minho memiliki taring di dalam rahangnya.

But seeing another side of him, Taemin’s blood is running faster.





Choi Minho, everyone knows this is silly, but… the wilder you are, the hotter you are being.




===




“Kau datang?”

Minho menatap Taemin sinis. Ia tidak suka fakta bahwa ia datang menemui Taemin di rooftop saat ini. Ia tidak suka berlama-lama di dekat Taemin – ia akan merasa terbebani, lebih dan lebih.

Hari ini adalah hari ketiga setelah summer camp berakhir – sekaligus hari pertama Taemin masuk sekolah. Dan laki-laki cantik itu mengundangnya untuk menemuinya di rooftop saat istirahat siang berlangsung.


“Apa kau tau? Aku kehilangan banyak darah sejak pulang dari camp. Thanks to you,” ucap Taemin, sedikit lebih sinis dari biasanya.

Minho masih diam. “Aku pikir kau akan mati.”

Meskipun ada sebagian rasa takut dari dalam dirinya, namun Taemin memiliki satu hal yang ia yakini. Bahwa Minho… tidak akan menyakitinya. True enough, jika ia memang berniat membunuh Taemin, ia pasti sudah melakukannya sejak kemarin, bukan?!

“Makhluk apa sebenarnya dirimu, Choi Minho? Warna bola matamu bisa berubah-ubah seperti predator yang berbahaya. Itu mengerikan…” Taemin bicara, mengelilingi tubuh Minho, menatap figure sempurna tersebut.

“Lalu? Kau takut?” Minho menjawab, ketus.

Ujung bibir plump Taemin sedikit terangkat, membentuk seulas smirk. “20%. Sisanya, aku penasaran. Jadi beritau aku.”

“Lupakan.” Minho mengelak, dengan cuek memutar tubuhnya dan melangkah pergi.

“Geurae! Lalu semua orang akan tau apa yang kulihat selama summer camp. Dan kau… bukan hanya dikucilkan, tetapi diberitakan di seluruh dunia.”

Langkah Minho terhenti mendengar ancaman Taemin. ia mendengus marah, lalu memutar balikkan tubuhnya. “Kau… benar-benar tidak takut kehilangan nyawamu.”

Taemin tersenyum lagi. “Ne, kau benar. Aku tidak takut.” Ia lalu berjalan mendekati Minho. “People live and die. Untuk apa aku takut?”

Minho tidak bicara lagi, ia menatap Taemin dalam-dalam, dan itu membuat Taemin semakin yakin, ada sesuatu – tidak, ada banyak – yang Minho sembunyikan dari dirinya. Dan semakin Minho menutupinya, Taemin akan semakin penasaran. Ia tidak akan membiarkan rasa penasaran ini tinggal lebih lama dalam dirinya.
Siapa Minho, mengapa dia begitu buas, dan sebenarnya apa keterkaitan di antara mereka sehingga Minho selalu muncul di dalam mimpinya sebelumnya. Ada banyak hal yang Taemin ingin tau.

“Wae? Mengapa kau menatapku begitu? Kau tau, itu bisa membuatku salah paham…” Taemin kembali bicara, tersenyum tanpa rasa takut di wajahnya.

Lagi, Minho tidak menjawab.



“Periode selanjutnya sudah dimulai.”





===




“Aish!!!”

Taemin membuang tasnya di lantai lalu membaringkan tubuhnya di ranjang. Jinjja… ia benar-benar kesal karena ancamannya tidak berhasil membuat Minho membuka suara. Apa dia benar-benar membuka rahasia Minho di depan seluruh penghuni sekolah???

“Ani. Ani.” Taemin menggeleng pelan. he can’t, of course.

Pertama, who cares. Orang-orang hanya akan menganggap itu angin lalu atau… bertanya-tanya siapa itu Choi Minho? karena mereka tidak pernah mengenal anak itu – lagipula Minho tidak pernah mengikuti camp, tidak masuk ekstra kurikuler apapun, sehingga namanya jarang didengar orang lain, terutama yang berada di luar kelas 2-2.
Kedua, siapa yang percaya dengan kata-kata Taemin? dia hanyalah anak pindahan dari London yang baru menginjakkan kakinya di sekolah ini. Lagipula ia tidak punya bukti tentang Minho.


Ia hanya bisa menghela nafasnya sebelum akhirnya ia tertidur.



.
.
.




Taemin tertidur lelap, sampai ia merasakan sesuatu yang hangat menyentuh lehernya… bahunya… lalu…

 “Eung…” ia membuka matanya dan…







“YAH!!!”






… ia mendorong Minho yang berada di atas tubuhnya dengan keras.




MINHO?


 Demi apa? Mengapa dia…. Ugh, dan ini bukan mimpi!


Sementara laki-laki itu hanya diam, menutup mulutnya dengan punggung tangan kanannya.

Nafas Taemin terengah-engah, ia lalu mengangkat piyamanya yang merosot dan menampilkan bahu putihnya, kemudian mengancing piyamanya cepat-cepat setelah menyadari tidak ada darah yang keluar dari tubuhnya. Pertama antisocial, kedua makhluk buas, dan sekarang… sebenarnya siapa Minho ini? Mengapa ia begitu menghantui Taemin?

“Kau pervert!” umpat Taemin.

Minho masih diam, menatapnya.

“Bagaimana bisa kau masuk ke dalam kamarku?” Taemin bertanya, mengambil bantal dan memeluknya.

Minho tidak menjawab, ia hanya menunjuk jendela Taemin yang terbuka.

Mata Taemin melebar. Jadi ia masuk melalui jendela? Berjuta pertanyaan kembali menghantui Taemin. ia tidak memiliki balkon di kamarnya, lalu bagaimana bisa Minho masuk ke dalam kamarnya? Was he jumping? No way!!

Namun sebelum pertanyaan-pertanyaan itu keluar dari bibirnya, Minho melangkah maju, kembali mendekat.




Ugh.

Ini aneh. Melihatnya berjalan mendekat tanpa mengalihkan pandangannya, membuat jantung Taemin berdegub kencang. Sebenarnya mau apa dia? Apa dia benar-benar akan membunuh Taemin sekarang????

“Apa yang kau la –“



Taemin diam. matanya mengerjap-ngerjap ketika Minho menciumnya. Ouch, is it kiss? Are they kissing right now?

No way…



Ugh, right. This is kiss.

Karena Taemin menutup matanya, menikmati sensasi hangat dari bibir Minho. segala pertanyaan di kepalanya menguap entah ke mana dan defence yang ia ciptakan selama beberapa menit lalu menghilang.

There is something more running through Taemin’s blood right now.

Ia merasa ciuman di antara mereka pernah terjadi. Was it in a dream? Uhh, maybe. Shit, ia bahkan lupa dan tidak bisa berfikir sekarang – he felt incoherent.





“Ini sudah yang ketiga kalinya…” Minho bicara dalam ciumannya, kemudian kembali menghanyutkan Taemin dalam gerakan bibirnya. “… dan aku masih tidak bisa lari…”



Huh?



“Kau dan aku… terikat dalam takdir…”



Taemin mengenyitkan alisnya. Takdir?










To be continue.